Mengantisipasi Pasca Corona
Wabah corona ini insya Allah akan segera selesai. Sebagai wabah biasanya tidak berlangsung lama. Corona juga bukan jenis penyakit yang datang terus menerus. Dalam waktu sekian lama, baru pada tahun 2020 datang wabah corona. Kedatangan wabah ini juga tidak seorang pun yang telah memprediksi sebelumnya. Setinggi apapun ilmunya. Akhir-akhir ini banyak orang memprediksi, corona akan berakhir. Tapi juga tidak ada yang berani memastikan.
Akan tetapi virus corona, entah waktunya, insya Allah akan segera menghilang. Akan tetapi setelah virus corona benar-benar menghilang, apakah persoalan kehidupan juga selesai. Tentu saja tidak. Wabah ini selain mengganggu psikologis masyarakat juga berdampak pada persoalan ekonomi, politik, social, pendidikan, dan lain-lain yang lebih banyak dan luas.
Terkait ekonomi saja misalnya, sudah beberapa lama masyarakat berhenti dari melakukan aktifitas bekerja. Tidak sedikit perusahaan yang harus tutup, hotel tidak menerima tamu, transportasi darat, laut dan udara tidak berjalan normal, pedagang berhenti dari usahanya. Tidak terkecuali adalah petani juga harus ikut-ikut berhenti bekerja. Seruan pemerintah, agar bekerja di rumah menjadikan berbagai kegitan berhenti.
Persoalan tersebut tentu berdampak luas dan dirasakan berat oleh kalangan masyarakat luas. Sekarang ini, tidak sedikit masyarakat yang merasakan berat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, membeli beras misalnya. Tapi apapun, dalam batas-batads tertentu bisa dicukupi dengan cara bergotong royong. Banyak warga masyarakat yang berpunya merasa tersentuh hatinya, mengumpulkan dana untuk membantu mereka yang berkekurangan.
Pada saat ini, setelah dana terkumpul masih bisa dibelikan beras. Persediaan beras yang bisa dibeli juga masih ada. Saya bukan seorang ahli di bidang ekonomi, tetapi dari perasaan saja, berani mengatakan bahwa bisa jadi suatu saat, oleh karena para petani, dalam musim corona tidak menanam, akibatnya persediaan beras tidak mencukupi lagi. Sekalipun ada uang misalnya, manakala barang tidak tersedia, maka ancaman tersebut bukan sesuatu yang mudah diatasi.
Cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah import. Persoalannya adalah import kemana. Sebab virus corona merupakan pandemi, artinya wabah ini menimpa seluruh negara di dunia. Oleh karena itu semua negara mengalami nasip yang sama. Semuanya butuh bahan pangan. Beberapa bulan kegiatan berhenti, termasuk dalam bertanam pangan. Akibatnya persediaan terbatas. Jika gambaran ini betul, maka persoalan pengadaan bahan pangan merupakan hal yang tidak mudah dijawab.
Kelangkaan pangan antara tiga sampai enam bulan ke depan perlu diantisipasi sejak sekarang. Tidak perlu menunggu corona menghilang, para petani dan siapa saja perlu diajak membuat gerakan menanam. Menanam bahan pangan, misalnya jagung, padi, ketela, atau apa saja. Yang terpenting adalah menanam tanaman yang bisa berbuah atau dapat dipanen tiga bulan ke depan. Setelah menanggung beban, -----paling tidak beban piskologis yang sedemikian berat, tidak boleh disusul oleh beban kelangkaan bahan pangan.
Mengatasi corona yang sedemikian berat, kita tidak boleh lelah berpikir. Bahkan kemampuan berpikir harus ditingkatkan. Tidak saja menjawab persoalan hari ini, tetapi juga mengantisipasi tuntutan beberapa bulan ke depan. Persoalan Pendidikan, politik, termasuk memindah ibu kota negara bisa ditunda, akan tetapi menyangkut tuntutan perut tidak bisa ditunda.
Mengimport bahan pangan dalam suasana normal tidak sulit. Akan tetapi dalam keadaan tidak normal yang melanda seluruh dunia, usaha memenuhi bahan pangan tidak bisa dipastikan. Sekalipun ada uang misalnya, akan tetapi kalau barangnya di mana-mana tidak tersedia, berapapun jumlah uang yang tersedia tidak ada artinya. Maka untuk mengantisipasi kelangkaan bahan pangan, membuat Gerakan menanam adalah pilihan stretagis dan tepat untuk menjawab persoalan berat ke depan. Wallahu a’lam
Prof. Dr. Imam Suprayogo
Guru Besar UIN Malang
Ketua Dewan Pakar Tazkia IIBS