Mengenal Bidang Bioinformatika Sedari Dini, Santri Thursina IIBS Antusias Ikuti Workshop
20 Santri kelas tujuh Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) mengikuti workshop pembelajaran Bioinformatika di Laboratorium Graha Sainta, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Brawijaya (UB). Kegiatan pengabdian masyarakat dari Jurusan Biologi UB itu, menghadirkan Ketua Pusat Studi SMONAGENES (Smart Molecule of Natural Genetics) Profesor Fatchiyah, M.Kes., Ph.D. sebagai narasumber utama.
Menurut Ustadzah Ratu Fatimah Thursina IIBS, pemateri telah memberikan pemaparan mendalam tentang dasar-dasar bioinformatika dan konstruksi filogenetik, serta menjelaskan bagaimana bioinformatika menjadi salah satu disiplin kunci dalam riset biologi masa kini. Bioinformatika memiliki potensi besar di masa depan, baik dalam pengembangan obat, deteksi penyakit genetik, pelestarian biodiversitas, hingga pertanian presisi. "Pengenalan sejak dini terhadap bidang ini akan menjadi bekal berharga bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan dan peluang revolusi industri berbasis bioteknologi," tutur Ustadzah Rafa, sapaan akrabnya.

Acara tersebut dirancang tidak hanya sebagai sesi pembelajaran, tetapi juga untuk menumbuhkan atmosfer penelitian ilmiah di lingkungan sekolah, khususnya dalam penguatan kurikulum berbasis riset. Melalui workshop itu, santri dan guru sebagai peserta, mendapatkan wawasan awal mengenai pentingnya bioinformatika sebagai alat analisis biologis modern berbasis data.
Para santri secara aktif mengikuti demonstrasi penggunaan software bioinformatika di komputer, melakukan analisis urutan DNA, dan membangun pohon filogenetik berdasarkan studi kasus nyata dari lingkungan sekitar mereka. Kegiatan ditutup dengan presentasi hasil analisis oleh para santri, yang menampilkan kemampuan berpikir kritis, komunikasi ilmiah, serta pemahaman atas keterkaitan data biologis dengan teknologi digital.
Ustadzah Rafa menambahkan, kegiatan menjadi wujud nyata sinergi antara pendidikan tinggi dan sekolah menengah. Salah satu bentuk upaya membangun generasi yang literat terhadap sains dan teknologi. Hal itu diharapkan bisa mendorong pembelajaran kontekstual berbasis riset di lingkungan pendidikan dasar dan menengah. "Semoga kegiatan ini bisa berdampak pada pengetahuan dan pola pikir santri. Mereka semakin siap menghadapi tantangan dan peluang yang ada," imbuhnya. (sls/lil)