Ketika Rumah Sekaligus Menjadi Sekolah
Di masa covid 19, funngsi rumah menjadi bertambah, yaitu sekaligus menjadi sekolahan. Anak-anak yang semula pada waktu pagi hari harus pergi ke sekolah, di masa wabah virus corona ini harus tetap berada di rumah. Sekolah, madrasah, pesantren, dan bahkan perguruan tinggi diliburkan. Keluarga yang semula di pagi hari ditinggalkan oleh anak-anaknya ke sekolah, pada masa wabah ini mereka tidak pergi ke mana-mana.
Demikian pula, orang tuanya yang biasanya ke kantor atau bekerjka di tempat kerjanya, oleh karena libur maka juga bekerja dari rumah atau dikenal dengan sebutan stay from home. Rumah yang biasanya di pagi hari sepi, hanya dihuni oleh pembantu rumah tangga, berubah menjadi ramai. Seluruh anggota keluarga harus berada di rumah, kecuali ada keperluan yang mendesak, mereka boleh keluar rumah.
Masa harus berdiam di rumah sudah cukup lama. Hingga sekarang sudah sekitar dua bulan. Sampai kapan keadaan akan kembali normal, hingga sekarang ini belum ada kepastian. Beberapa pesantren sudah akan mengaktifkan kembali para santrinya. Tetapi sebagian lainnya masih menunggu hingga keadaan benar-benar aman. Sedangkan untuk sekolah dan juga madrasah, rupanya belum ada kepastian. Sikap kehati-hatian ini diambil untuk mencegah penularan yang cepat dan luas di kalangan para siswa.
Ketika anak-anak mereka harus berdiam di rumah seperti itu sebenarnya memberi beban tambahan terhadap para orang tua. Di masa normal pendidikan anak-anak mereka diserahkan sepenuhnya kepada lembaga pendidikan dan juga pesantren. Akan tetapi di masa covid 19, rumah tangga sekaligus menjadi sekolah. Anak-anak selama di rumah, disengaja atau tidak, pasti mendapatkan dan atau mengalami proses-proses pendidikan. Pendidikan tidak boleh berhenti, tetapi selalu berjalan secara terus menerus.
Pendidikan sebenarnya, selain berusaha memperkaya pengetahuan juga melakukan proses peniruan dan pembiasaan. Tatkala di sekolah atau di madrasah, kegiatan tersebut menjadi tanggung jawab guru atau lembaga pendidikan. Akan tetapi ketika anak-anak berada di rumah dalam waktu lama maka peran guru atau pendidikan dijalankan oleh orang tuanya sendiri. Ayah dan ibunya ketika anak-anak berada di rumah, mereka sekaligus akan berperan sebagai guru.
Jika pendidikan dimaknai secara tepat atau sebenarnya, yaitu tidak saja memberikan pengetahuan tetapi juga ketauladanan dan pembiasaan, maka tugas orang tua bukan perkara mudah. Orang tua akan benar-benar menjadi guru seutuhnya. Perilaku sehari-hari mereka akan dilihat dan ditiru oleh anak-anaknya. Disadari atau tidak, apa saja yang dilakukan dan dikatakan oleh orang tuanya, selama di rumah akan dianggap benar dan akan ditiru. Padahal untuk menyatukan antara suara hati, perkataan, dan perbuatan bukanlah perkara mudah.
Orang tua selalu menghendaki agar putra-putinya menjadi anak yang baik dan pintar, yaitu menjadi anak yang shaleh dan shalikhah. Kiranya siapapun orang tua tidak ada yang tidak menginginkan anaknya menjadi ideal seperti itu. Mereka mengirimkan anak-anaknya ke sekolah adalah agar cita-citanya yang mulia tersebut tercapai. Itulah sebabnya, ketika anak-anak mereka berhasil meraih prestasi, dirasakan sangat bahagia.
Wabah covid 19 yang berlangung lama ini menjadikan orang tua tidak lagi dapat menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anak mereka kepada guru. Orang tua harus membimbing belajar anak-anak mereka sendiri. Selain itu orang tua juga harus membiasakan hal-hal yang dipandang ideal, dan juga memberi contoh perilaku yang sebaik-baiknya. Membiasakan dan memberi contoh ideal dalam kehidupan adalah bukan pekerjaan mudah, apalagi terkait emosi, pikiran, dan sekaligus tindakan nyata sehari-hari.
Sebagai contoh kecil, sebagai orang tua ketika menganjurkan dan memberi contoh agar bangun pagi tidak terlambat dan segera menunaikan shalat subuh, membiasakan membaca al Qur’an, menjadi imam shalat berjama’ah, dan seterusnya, adalah bukan perkara mudah. Apalagi hal tersebut belum menjadi kebiasaannya. Padahal jika hal itu tidak dilakukan, berarti orang tua belum berhasil menjadi guru ideal di rumah bagi putra putrinya.
Untuk menjadi shaleh dan shalihah, anak-anaknya sepanjang waktu memerlukan pendidikan yang seharusnya, yaitu penambahan pengetahuan, pembiasaan, dan ketauladanan yang sempurna. Siapapun lebih mudah paham apa yang dilihat dan dibiasakan daripada nasehat yang didengarnya. Itulah beratnya bagi orang tua, ketika rumah sekaligus menjadi sekolahan. Wallahu a’lam
Prof. Dr. Imam Suprayogo
Guru Besar UIN Malang
Ketua Dewan Pakar Tazkia IIBS