Corona Mengingatkan Tentang Kematian
Tulisan saya hari ini adalah tentang sesuatu yang tidak menarik dan
bahkan dibenci. Bagaimana tidak, corona adalah sesuatu yang menakutkan.
Virus itu begitu ganas. Dalam waktu yang amat singkat telah menyebabkan
orang mati dalam jumlah yang sedemikian banyak. Siapa orang yang tidak
takut terinfeksi virus corona., dan juga tidak takut mati, kiranya tidak
ada.
Begitru juga tentang kematian. Semua orang tetap ingin
hidup, dan takut mati. Hanya orang-orang frustasi, stress berat, putus
harapan, dan sejenisnya yang lebih menyukai mati dari pada hidup. Akan
tetapi bagi orang normal, masih waras, pasti tidak ingin segera mati.
Mati adalah sesuatu keadaan yang menakutkan bagi kebanyakan orang.
Oleh
karena itu, bagi orang yang tidak suka dengan corona dan juga tidak
menyukai kematian, maka tidak perlu membaca tulisan saya ini. Saya
memastikan bahwa tulisan ini tidak menyenangkan. Silahkan membaca saja
tulisan lain yang sekiranya mendapatkan hiburan. Mencari tulisan yang
menyenangkan begitu banyak, mengapa masih mau membaca sesuatu yang
menjadikannya bertambah sedih. Membaca tulisan ini hanya akan
mengingatkan sesuatu yang ditakuti.
Sekalipun demikian, ternyata
orang yang suka mengingat mati justru disebut cerdas. Mengapa, karena
kematian itu pasti datangnya. Tidak pernah ada orang hidup yang kemudian
tidak mati. Sekalipun semua orang tidak menyukai, kematian itu pasti
datang. Waktunya saja kita semua tidak ada yang tahu. Bisa cepat atau
masih lama. Semua orang menghendaki panjang umur, tetapi keputusan itu
tidak berada pada dirinya. Berbagai usaha dilakukan, pada waktunya
mati, datanglah kematian itu.
Tapi aneh, sebagaimana disebut
di muka, orang yang suka mengingat mati justru disebut cerdas. Orang
cerdas biasanya selalu mempersiapkan kehidupan masa depan. Keselamatan
di masa depan bagi orang yang cerdas lebih diperhatikan dibanding
memenuhi kebutuhan hari ini. Orang cerdas suka mengkalkulasi atau
menghitung-hitung kebutuhan di masa depan dimaksud. Mereka tidak mau
menderita hanya oleh karena salah hitung pada hari ini.
Orang
yang selalu teringat mati dan yakin bahwa kematian itu tidak bisa
diperhitungkan waktunya, akan berusaha bersiap-siap bekalnya. Orang yang
berpikir demikian itu, akan mencari bekal yang cukup. Mereka tidak mau
membawa beban dosa ketika pada saatnya harus kembali ke kampung akherat.
Mencari bekal hidup di dunia dipandang penting, tetapi masih ada lagi
kehidupan yang lebih penting yang harus disiapkan bekalnya. Orang
seperti ini justru disebut cerdas, karena mikir masa depan yang lebih
jauh dan pasti datangnya.
Sebaliknya, kita juga melihat orang
yang melalaikan hakekat hidupnya. Mereka hanya berorientasi untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia yang sebenarnya sangat terbatas.
Mereka sibuk bekerja tanpa tahu untuk apa hasil kerjanya. Sudah
mengetahui bahwa kebutuhan manusia sangat terbatas, tetapi sehari-hari
pikiran dan tenaganya digunakan untuk mendapatkan harta yang
berlipat-lipat, melebihi kebutuhan selama hidupnya.
Orang
lalai akan hakekat hidupnya, semua potensinya hanya diorientasikan
untuk mengejar kehidupan di dunia. Lupa bahwa hidup di dunia ini
sebentar. Kapan akan meninggalkan kehidupan dunia ini juga tidak jelas.
Bisa sebentar, dan sebaliknya masih lama. Akan tetapi, sepanjang berapa
pun umur manusia tidak akan melebihi 100 tahun. Bahkan tatkala umurnya
telah mencapai 70 tahun, kebutuhannya juga menurun. Nafsu makan, dan
kesenangan lain juga sudah terbatas. Bahkan sudah tidak bergairah
lagi.
Manakala hartanya melimpah sampai tidak mampu
menghabiskannya, tetapi melupakan saat kelak kembali ke kampung
akherat, mereka disebut merugi. Mereka lalai, tidak pernah
menghitung bekal yang sebenarnya harus dibawa, juga tidak mengetahui
jalan menuju kembali, termasuk tidak tahu alamat tempat kembali.
Mereka itulah sekalipun kaya raya, sebenarnya termasuk orang yang
merugi.
Orang yang tidak mau memperhitungkan apa yang akan di
alami di masa depan, biasanya disebut tidak cerdas. Orang yang tidak
cerdas, yaitu lupa mengkalkulasi kehidupan di dunia saja akan
menderita. Apalagi, kehidupan di kampung akherat kelak, yang pasti
datangnya, akan lebih menderita lagi.
Mengingatkan orang tentang
kehidupan di kampung akherat, sekalipun pasti datangnya, ternyata
tidak mudah. Jangankan tentang masa depan menyangkut akherat,
mengingatkan tentang bahwa semua manusia akan mati saja juga tidak
mudah. Padahal sebenarnya semua orang tahu, bahwa kematian itu pasti
datang. Setiap orang juga tahu bahwa hidup di dunia ini tidak lama.
Kebutuhannya juga terbatas. Akan tetapi, tidak mudah orang menyadarinya.
Di musim covid-19 ini, sehari-hari orang mendapatkan informasi
tentang kematian. Jumlah orang mati di mana-mana sedemikian banyak.
Orang yang semula tampak sehat dan segar bugar, beberapa hari kemudian
dikabarkan telah meninggal, karena terinfeksi virus corona. Kematian
ternyata datang kapan saja, tidak melihat umur. Orang yang sudah tua,
digambarkan segera meninggal, ternyata masih bertahan. Sebaliknya,
karena virus corona, orang yang jauh lebih muda justru meninggal
duluan.
Datangnya virus corona ternyata memberikan pelajaran
penting bagi kehidupan ini. Bahwa hidup ini terbatas. Kebutuhannya juga
terbatas. Harta, jabatan, pangkat, dan berbagai fasilitas lainnya adalah
penting. Akan tetapi pada saatnya, ketika pemiliknya mati, harus
kembali ke tempat asalnya, maka semua kekayaan, kehormatan, kemuliaan,
kemasyhuran, dan lain-lain, tidak akan ada gunanya. Manakala peringatan
virus corona direnungkan dalam-dalam, sebenarnya memberikan pelajaran
penting tentang datangnya kematian dan makna hidup yang sebenarnya.
Wallahu a’lam
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo
Guru Besar UIN Malang
Ketua Dewan Pakar Tazkia IIBS