Bangkit Setelah Tiarap Menghindari Corona
Sudah kurang lebih dua bulan masyarakat bertiarap menghindari virus corona. Mereka mengikuti aturan pemerintah, harus bekerja dari rumah. Tentu hal itu bagi mereka yang pekerjaannya dapat dikerjakan dari rumah. Tetapi bagi pekerja sebagai petani di sawah, di kebun, di lading dan semacamnya tidak mungkin dikerjakan dari rumah. Jika dianjurkan tetap berada di rumah, maka selama dua bulan, mereka menganggur.
Rupanya hingga sekarang ini belum ada kepastian kapan wabah ini akan berakhir. Datangnya tidak ada orang yang bisa memperkirakan dan ternyata begitu pula menghilangnya. Orang hanya bisa berharap agar wabah covid 19 segera menghilang. Tentu hal tersebut tidak bisa dipaksa. Orang hanya mampu berusaha, sedangkan hasilnya tergantung kepada Yang Maha Kuasa.
Mengikuti aturan pemerintah harus berdiam dan atau bekerja dari rumah bukanlah perkara yang mengenakkan. Selain jenuh, bagi orang yang sumber rizkinya berasal dari kerja harian, keadaan ini menjadi beban yang sangat berat. Bisa saja orang mengatakan agar sementara memanfaatkan tabungan. Persoalannya, apa semua orang memiliki tabungan. Jangankan menabung, bagi orang yang penghasilannya pas-pasan, tercukupi kebutuhannya sehari-hari saja sudah merasa beruntung.
Dalam menjalani kehidupan, orang biasanya berpegang pada prinsip bahwa, hidup ini harus bergerak. Tanda hidup karena ada gerak. Dalam hal ini adalah bergerak untuk bekerja memperoleh rizki. Oleh karena itu, sekalipun virus corona belum menghilang, orang terdorong untuk segera bergerak atau bekerja kembali. Melarangnya sama artinya dengan mengajak henti hidup. Agar hidup tetap berjalan, harus tersedia biaya hidup yang diperoleh dari bekerja.
Oleh karena itu, masyarakat yang biasanya berjualan harus segera kembali berjualan, mereka yang biasanya sebagai pekerja bangunan, segera datang ke tempat yang membutuhkan, mereka yang sehari-hari bekerja sebagai tukang parkir harus segera Kembali ke pangkalannya, penjual sayur harus segera mencari dagangan dan menjualnya, dan seterusnya. Masyarakat tidak boleh terlalu lama berdiam di rumah. Mereka harus segera beraktifitas kembali untuk mendapatkan rizki.
Saat wabah ini belum mereda, yang terpenting adalah berdisiplin menyelamatkan dirinya masing-masing. Aturan pemerintah, misalnya harus menjaga jarak atau social distancing, menggunakan masker, menjaga kebersihan, dan lain-lain, semuanya harus dipenuhi. Sebab kalau dilanggar, dan kemudian terinfeksi virus, maka tidak saja dirinya sendiri dan keluarganya yang repot, tetapi juga akan menambah beban pemerintah, orang yang merawat, yaitu dokter, perawat, dan lain-lain.
Demikian pula, masjid dan mushalla yang sudah beberapa bulan terakhir ini tutup, seharusnya segera diaktifkan kembali. Terlalu lama meninggalkan tempat ibadah akan menjadikan suasana keberagamaan redup. Betapapun orang sebenarnya membutuhkan kegiatan spiritual. Orang yang terbiasa sholat berjama’ah ke masjid, dan kemudian harus berhenti, mereka merasa tersiksa. Ada sesuatu yang oleh mereka dirasakan hilang dalam menjalani hidupnya.
Oleh karena itu, tanpa mengabaikan petunjuk pemerintah, tempat ibadah berupa apa saja harus segera diaktifkan Kembali. Kehidupan ini harus digerakkan kembali dan masyarakat harus sehat. Baik sehat jasmani maupun sehat ruhani. Sehat jasmani manakala kebutuhan jasmani tercukupi, lewat bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Demikian pula ruhani harus terawat. Merawat ruhani tidak ada cara lain kecuali adalah melalui tempat ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing.
Dengan demikian bisa jadi virus corona masih ada, tetapi tidak boleh, baik secara fisik maupun spiritualnya, masyarakat berhenti bergerak. Virus corona memang membahayakan, akan tetapi jika banyak orang tidak bisa makan karena tidak ada penghasilan disebabkan tidak bekerja, juga akan berbahaya. Dihadapan kita ada dua tuntutan, yaitu terhindar dari virus corona dan yang kedua adalah agar tetap bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Memenuhi kedua tuntutan tersebut bukan perkara mudah, tetapi harus dilakukannya. Selamat dari virus corona adalah harus. Tetapi mempertahankan hidup dengan cara bekerja untuk memperfoleh rizki juga menjadi keharusan. Tidak boleh hanya memilih satu, misalnya selamat dari virus corona tetapi kehidupan tidak bertahan, karena tidak ada penghasilan. Keduanya harus dipenuhi. Masyarakat harus bekerja mencari rizki, setapi sekaligus juga jangan memberi peluang virus corona menular ke mana-mana. Kuncinya adalah adanya pemahaman bersama antara pemerintah dan seluruh masyarakat. Dan, segeralah bangkit setelah tiarap sedemikian lama. Wallahu a’lam
Prof. Dr. Imam Suprayogo
Guru Besar UIN Malang
Ketua Dewan Pakar Tazkia IIBS