Agama Dan Berpikir Sehat
Banyak orang bertanya, apakah agama bertentangan dengan pikiran sehat. Pertanyaan yang seringkali muncul itu karena belum dipahami secara tepat, apakah yang dimaksud agama dan apa pula yang disebut dengan berpikir sehat. Keduanya mutlak sangat diperlukan oleh siapa saja dalam menjalani kehidupan ini. Agama diperlukan dan demikian pula berpikir sehat.
Keduanya, yaitu agama dan berpikiir sehat, memiliki sumber dan wilayah yang berbeda. Agama bersumber dari wahyu melalui para utusanNya yang disebut nabi dan rasul. Sementara itu berpikir sehat adalah aktifitas manusia dengan menggunakan akalnya. Agama bukan hasil pemikiran manusia dan demikian pula, pikiran manusia bukan agama.
Selain perbedaan tersebut, agama juga memiliki obyek yang berbeda dibanding berpikir sehat. Agama sebenarnya adalah untuk menyelesaikan persoalan yang tidak mungkin dapat diselesaikan oleh pemikiran manusia. Agama diturunkan ke muka bumi adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Disebutkan di dalam hadits nabi : “innama buistu liutammaima makaarimal akhlaq”.
Akhlaq berada di dalam hati setiap manusia. Perilaku manusia bersumber dari apa yang ada di dalam hati itu. Manakala hati manusia baik, maka perilaku manusia akan menjadi baik dan begitu pula sebaliknya. Untuk menjadikan hati itu terawat hingga menjadi baik, maka manusia diperintahkan untuk mengenal dirinya sendiri, mengenal Allah dan rasulNya, kitab suci, hari akhir, dan lain-lain. Disebutkan pula, manusia agar hatinya menjadi baik, harus beriman, berislam, dan berihsan.
Hal-hal tersebut adalah wilayah agama. Pemikiran sehat manusia tidak akan mampu menyelesaikan persoalan apa yang ada di dalam hati. Orang seringkali marah, sedih, hatinya galau, iri, dengki, hasut, muncul rasa benci kepada orang lain, sombong, takabur dan lain-lain, semua itu tidak akan bisa diselesaikan oleh pemikiran sehat manusia. Demikian pula, sifat sabar, ikhlas, tawakkal, jujur, dan sejenisnya tidak bisa diwujudkan oleh manusia sendiri. Agamalah yang bisa menyelesaikannya.
Sedangkan berpikir sehat adalah aktifitas manusia dengan menggunakan akal sehat. Melalui berpikir sehat ini akan dihasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil-hasil pemilikiran sehat itulah disebut ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadikan kehidupannya semakin mudah, efektif, dan efisien. Melalui kegiatan berpikir dan juga riset pula, manusia menjadi mengetahui rahasia alam semesta ini.
Selanjutnya pengetahuan tersebut oleh manusia digunakan untuk memenuhi kebutuhannya, agar hidupnya menjadi mudah, efektif, dan efisien. Diciptakanlah melalui teknologi yang semakin modern, yaitu misalnya alat komunikasi, transportasi, rekayasa di berbagai bidang kehidupan. Yaitu, misalnya di bidang kesehatan, pertanian, peternakan, kelautan, kedirgantaraan, dan juga di bidang-bidang seni, olah raga, dan lain-lain. Dengan demikian pula, manusia berhasil menciptakan kapal terbang yang sedemikian canggih, alat komunikasi yang cepat dan bersifat massal, dan lain-lain.
Namun apapun kehebatan manusia, ternyata mereka tidak akan mampu memperbaiki hatinya sendiri. Hati yang dimaksud adalah yang bersifat non fisik. Menyangkut hati sebenarnya adalah wilayah Tuhan, disebut ruh. Sedangkan ruh adalah bukan menjadi wewenang manusia, tetapi adalah menjadi urusan Tuhan. Manusia tidak akan mampu mengintervensinya. Ruh diurus oleh Tuhan, termasuk memperbaikinya.
Memang agama yang berasal dari wahyu dan dibawa oleh para nabi dan rasul juga mendorong manusia untuk menggunakan akalnya. Selain itu juga menunjukkan secara garis besar tentang alam atau jagad raya ini, misalnya terkait langit dan bumi serta seisinya. Agama dalam batas tertentu berbicara tentang tanah, air, gunung, matahari, bulan, bintang, dan semacamnya. Namun pembicaraan itu tidak bersifat detail.
Merenungkan tentang agama dan berpikir sehat tersebut, seharusnya umat Islam memperkaya kedua-duanya, yaitu agama dan berpikir sehat tersebut. Agama untuk memperbaiki apa yang ada di dalam hati untuk menghasilkan akhlakul karimah, sementara itu berpikir sehat harus dilakukan agar hidupnya dapat dijalani secara mudah, efektif dan efisien. Dengan cara itu, ummat Islam akan menjadi kuat dan sekaligus selamat hidupnya. Wallahu a’lam
Prof. Dr. Imam Suprayogo
Guru Besar UIN Malang
Ketua Dewan Pakar Tazkia IIBS