Thursina IIBS Mantapkan Nilai Kepedulian melalui Orientasi Kelembagaan
Caring atau kepedulian merupakan salah nilai inti (core values) yang selalu digaungkan Thursina International Islamic Boarding School (IIBS). Caring merupakan kunci untuk meningkatkan kepedulian terhadap santri, lingkungan sekitar, dan juga civitas akademika lainnya.
Dengan semangat untuk menumbuhkan hal tersebut, Unit Human Capital Management (HCM) gelar orientasi kelembagaan dengan tema Membangun Caring dari Perspektif Pendidik, Rabu (28/9). Acara ini diikuti oleh guru, staf kependidikan, dan juga murabbi/yah dan disampaikan langsung Ust M. Ali Wahyudi, M.Pd (Chairman of Thursina), Ust Nur Abidin, M.Ed (CEO of Thursina), dan Ust. Ir. Sentot E. Prijatno, M.T (Senior Advisor).
Dalam sesi I yang diisi oleh Ustadz M. Ali Wahyudi, M.Pd, beliau menyampaikan materi tentang membangun kesadaran (awareness) SDM dilihat dari perspektif visi misi Thursina di tengah problematika kontekstual. “Dalam membangun caring ini, seorang guru harus mampu membangun emotional bonding dengan santri. Selain itu juga kita tidak boleh lupa untuk membangun spiritual bonding melalui doa-doa yang kita lantunkan untuk para santri kita,” jelas Ustadz Ali.
Di sesi yang lain, Ustadz Nur Abidin, M.Ed menguatkan Caring dengan 3 keyword utama, yaitu empaty, compassionate, dan excellent in services. Empaty berarti peka terhadap masalah sekitar. Pendidik harus peka, khususnya terhadap kondisi yang dialami oleh santri. Compassionate berarti mengasihi sesama sepenuh hati. Seorang pendidik haruslah penuh kasih sayang pada santri karena pendidik juga berperan sebagai orang tua bagi mereka. Terakhir adalah excellent in services yang dimaknai sebagai terdepan dalam membantu sesama.
“Pendidik harus siap menghibur, memberikan solusi, dan juga mendampingi di setiap langkah perjuangan para santri,” ujarnya menegaskan.
Di sesi yang terakhir, Ustadz Ir. Sentot E. Prijatno, M.T menyampaikan bahwa caring ini tidak bisa hanya dilaksanakan secara parsial, tetapi menjadi langkah bersama untuk diterapkan. Bukan hanya guru atau murabbi/yah yang harus melakukan melainkan juga seluruh civitas akademika yang ada sesuai dengan peran di bidangnya.
Selanjutnya ada juga berbagai kegiatan untuk mereorientasikan ulang terkait nilai-nilai yang telah ditetapkan untuk terus ditransformasikan oleh asatidz yang ada ke seluruh santri melalui kegiatan sehari-harinya.
“Pemantapan nilai-nilai ini terus dilakukan agar seluruh civitas akademik Thursina juga dapat mentransformasikan ke santri dalam bentuk kepedulian sehari hari,” jelas Ustadz Hilmia selaku Chief of HCM. (lil)