Thursina IIBS Ajak Santri Memaknai Kemerdekaan dengan Membebaskan Diri dari Belenggu Kemalasan
Menyemarakkan Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-77, Thursina International Islamic Boarding (IIBS) menggelar upacara kemerdekaan di kampus putra dan putri (17/08). Bertugas sebagai pembina upacara Ustadz Muhammad Rajab, M.Pd.I untuk di kampus putra dan Ustadz Rois Haqiqi, M.Pd., di kampus putri. Upacara bendera kali ini diikuti oleh seluruh santri, guru, dan juga staff Thursina IIBS. Semarak kemerdekaan dilanjutkan dengan berbagai perlombaan tradisional, penampilan kebudayaan, dan teatrikal kebangsaan.
Dalam amanatnya Ustadz Rajab menjelaskan, bahwa setiap warga negara harus berterimakasih kepada seluruh pejuang bangsa. Karena berkat merekalah, hari ini Indonesia dapat terbebas dari penjajahan. Perjuangan mereka juga sudah sepatutnya disyukuri dan dimaknai sebagai sebuah hutang jasa kepada mereka. Hutang ini tentu harus dibalas dengan perjuangan yang lebih besar lagi di masa sekarang.
"Hari ini kita harus melanjutkan perjuangan mereka. Bukan dengan senapan atau bambu runcing, tapi dengan bersunggung sungguh dalam setiap peran kita," ungkapnya.
Tidak ada batasan bagi seseorang dalam memaknai kemerdekaan. Sebagai guru, siswa, bahkan karyawan kemerdekaan dapat dimaknai dengan membebaskan diri segala sesuatu yang membelenggu diri. Salah satunya adalah kemalasan. Sebagai umat muslin, kemalasan memang menjadi salah satu ujian yang diberikan bagi mereka yang menuntut ilmu.
"Kemalasan itu yang akan membawa kita pada kehancuran dan kesengsaraan. Maka sudah sepatutnya kita selalu bersungguh-sungguh dan jangan lalai. Karena hanya penyesalan bagi orang orang yang lalai," jelasnya.
Ustadz Rajab juga mengingatkan bahwa merdeka juga berarti kita harus belajar untuk selalu ikhlas dan tenang dalam menjalani keseharian. Sebab keterpaksaan yang mungkin dirasakan, pada dasarnya adalah sebuah belenggu. Belenggu itu yang akan menahan seseorang untuk berkembang menjadi versi terbaik mereka. Oleh karena itu, perlu ikhtiar dan kesungguhan agar dapat terbebas dari belenggu itu.
"Kalian adalah generasi penerus bangsa ini. Mari, kita isi hari kita dengan kegiatan yang positif. Insyaallah, dengan kesungguhan kita semua, kita dapat membawa bangsa ini menjadi bangsa yang baldatun toyyibatun wa robbun ghofur," pesannya.
Senada dengan itu, Ustadz Rois juga menekankan pentingnya semangat dalam belajar untuk membangun negeri. Sebagai seorang murid, tentu belajar menjadi prioritas utama. Tidak hanya perihal akademik, lebih dari itu adalah bagaimana santri bisa belajar untuk menerapkan nilai nilai keislaman dan kebangsaan dalam kehidupan sehari hari.
“Di Thursina IIBS, kita memiliki RECODING yang menjadi acuan dan nilai yang harus kita junjung. Momen kemerdekaan ini adalah momen yang tepat untuk memulai kembali jihad kita dalam menerapkan nilai itu di keseharian,” pungkasnya.
Selepas pelaksanaan upacara, ditampilkan drama teatrikal tentang perjuangan kemerdekaan negara Indonesia. Teatrikal juga dilengkapi dengan pembacaan puisi bertema kebangsaan oleh Ezar Firjatullah Sujatman, santri kelas 11 putra SMA Thursina IIBS. Selanjutnya santri mengikuti berbagai perlombaan tradisional, seperti lomba balap karung, estafet kelereng, lari bakiak, makan kerupuk, hingga tarik tambang. (nai/lil)