The Rector of ITS Shed Light On How to Survive in the Digital Era to Tazkia IIBS Students

Zaman sekarang terjadi gangguan pada sistem yang sudah ajek. Dengan ini terjadi juga ketidakseimbangan antara beberapa hal. Zaman yang sudah melalui teratur ini kemudian terganggu dengan pesatnya inovasi dan perkembangan zaman serta tekhnologi. Bagi yang tidak bisa bertahan akan tumbang dan kalah, dan bagi yang bisa bertahan maka akan terus eksis dan terus maju.

Hal tersebut disampaikan oleh Rektor Institut Tekhnologi Sepuluh Nopember (ITS) - Surabaya, Prof. Ir. Joni Hermana, M. Sc. ES. Ph. D dalam Stadium General, Sabtu (11/2) lalu di Tazkia Islamic Conference Hall (TICH) Tazkia Internasional Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

Jika berbicara tentang disruptive technologies  maka akan berbicara tentang revolusi industri yang berawal pada abad ke 18. Awalnya manusia digunakan untuk bekerja dengan pekerjaan yang seluruhnya manual. Dengan ditemukannya mesin uap sehingga mengurangi tenaga manusia yang digantikan dengan tenaga mesin. Hal tersebut menimbulkan pengangguran massal.

               

“Lantas semuanya mulai terbiasa dengan perubahan tersebut, tapi tidak lama. Pada abad ke 19 ditemukan listrik yang semakin mengurangi tenaga manusia. Dengan ditemukannya listrik, maka pekerjaan dapat dilakukan secara otomatis serta biayanya lebih murah,” jelas Prof. Joni dihadapan seluruh santri SMA Tazkia IIBS Malang.

Pada abad ke 20 ditemukanlah tekhnologi baru yang dapat memprogram semua pekerjaan secara otomatis oleh mesin. Sedangkan saat ini, semuanya serba digital. Dengan begitu akan semakin banyak pekerjaan yang dikerjakan oleh manusia dapat dikerjakan oleh robot dan mesin. “Hal ini semakin mempersulit manusia untuk mendapatkan pekerjaan karena digantikan oleh robot,” ungkap Prof. Joni lagi.


     


Prinsip dari disruptive era adalah pergantian tempat yang sebelumnya dilakukan oleh manusia dilakukan oleh mesin. Komunikasi yang terbangun manusia dengan manusia, lanjut Prof. Joni, namun mesin dengan mesin atau komputer dengan komputer. “Ini disebut dengan  interneting things,” sebut guru besar dalam bidang Teknik Lingkungan itu.


Bahkan untuk kasus-kasus sosial dan hukum sudah terdigital dengan baik. Peraturan serta berbagai layanan masyarakat juga mulai berpindah dengan aplikasi digital yang semakin memudahkan manusia dalam beraktifitas yang di lain sisi juga merugikan dengan mengurangi lapangan kerja tersebut.

Dengan berbagai kemudahan yang diberikan zaman, menjadikan tidak ada batas dalam penggunaannya. Penyalahgunaan tekhnologi yang digital ini juga semakin membuat ruwet  kondisi masyarakat. Penipuan dan berbagai macam tindak kejahatan dimulai dari dunia digital. “Dengan ini kita harus berpikir bagaimana menahan arus digital ini,” ungkapnya lagi.

               


Perkembangan dunia digital ini menuntut manusia untuk semakin inovatif dalam dunia bisnis. Tidak hanya dunia bisnis, dalam aktifitas sosial juga berpengaruh. Maka dengan begini bagi yang tidak memiliki inovasi atau miskin inovasi akan mudah tersingkirkan dengan perkembangan zaman.

“Terus berkarya, terus berinovasi dan terus berpikir kreatif adalah satu-satunya jalan untuk bertahan dalam dunia digital saat ini,” pesan Prof. Joni. (lil)

Share this post