Teliti Efektifitas EMI, Asatidzah Thursina Raih Best Paper dalam Lomba Artikel International

Prestasi terus ditorehkan oleh civitas akademika Thursina International Islamic Boarding School (IIBS). Kali ini giliran Ustadzah Dian Asmi Setoningsih, M.Pd yang berhasil meraih Best Paper dalam Article Competition – English Learning Innovation (Englie). Perlombaan itu diselenggarakan oleh Masters in English Education, Postgraduate Program, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan dibuka bagi peserta international.

Ustadzah Dian mengungkapkan bahwa menulis dapat membantu guru menjadi lebih produktif. Hal itu karena sebelum menulis, seseorang perlu untuk membaca banyak hal. Mulai dari berita, artikel, hasil penelitian terbaru terkait cara mengajar, dan lain sebagainya. Lebih lanjut guru juga bisa membagikan hasil temuan atau tips dan trik mengajarnya kepada guru lain melalui tulisan mereka. Hal itulah yang memotivasi Ustadzah Dian untuk kembali menulis dan mengikuti perlombaan ini.

   

   

“Sudah sepatutnya pedidik sebagai salah satu pintu ilmu santri untuk terus menambah kapasitas dan kualitas mengajarnya, salah satunya dengan menulis dan membaca,” ungkapnya.

Pada perlombaan ini, Ustadzah Dian mengangkat judul paper “Secondary Education Students’ and Teachers’ Perspectives on English-medium instruction (EMI)”. Dirinya berusaha menjelaskan bagaimana perspektif siswa dan guru terhadap penggunaan Bahasa Inggris sebagai pengantar sebagai bahasa pengantar. Tidak hanya untuk mapel Bahasa Inggris namun untuk semua mapel akademik. Mengingat EMI telah menjadi populer dan berkembang sebagai fenomena global yang berkembang saat ini dalam pendidikan menengah internasional di Indonesia.

“Latar belakang setiap siswa sangat beragam, begitupun dengan kemampuan berbahasa inggris mereka. Maka efektifitas penggunaan bahasa pengantar ini akhirnya perlu dipastikan. Demikian pula dengan prosentase penggunaannya di kelas agar pembelajaran tetap ideal,” jelasnya.

Berdasarkan hasil penelitiannya, setidaknya terdapat empat kategori berbeda terkait perspektif siswa dan guru terkait hal tersebut, yaitu Readiness for EMI, Challenges of EMI during teaching and learning process in the classroom, Improvement of language, and Language instruction preference. Selain itu, EMI juga membantu siswa dan guru untuk dapat meningkatkan kemampuan speaking mereka.

   

Meskipun juga ada beberapa yang berpendapat bahwa sebaiknya EMI tidak digunakan pada mata pelajaran tertentu, seprti matematika. Hasil dari penelitian itu nantinya dapat digunakan untuk proses peningkatkan awareness guru dan stakeholders terkait optimalisasi penggunaan EMI di kelas.

“Secara garis besar, baik siswa maupun guru menunjukkan penerimaan yang positis terkait penggunaan Bahasa Inggris sebagai pengantar. Kebijakan ini dirasa dapat memfasilitasi proses belajar mengajar dengan lebih baik dan meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka,” tambahnya.

Terakhir Ustadzah Dian mengungkapkan bahwa yang terpenting adalah guru harus mau untuk selalu meningkatkan kapasitasnya. Sebab seiring dengan tingginya laju zaman, ilmu yang dibutuhkan oleh generasi muda juga semakin beragam. “Jangan pernah cepat berpuas diri, kita masih bisa menggali lagi potensi dalam diri agar jauh lebih berkembang. Sebagaimana kita selalu menasihati santri untuk melakukan hal yang sama,” pungkasnya.

Share this post