Tekankan Pentingnya Inovasi Media Pembelajaran, Asatidz Thursina IIBS Sabet Juara dalam Ajang AGII
Inovasi menjadi kunci dalam menciptakan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang menarik dan tidak monoton. Terlebih di era new normal yang segala sesuatu dilakukan secara daring. Hal itu yang berusaha disampaikan Ika Dewi Sumiati, M.Pd., asatidzah Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) melalui ajang Apresiasi Guru Inspirastif Indonesia (AGII) 2020. Perlombaan yang diadakan Quipper x Fruit tea itu diikuti oleh lebih dari 700 peserta dari seluruh Indonesia. Setelah melalui proses penilaian sejak Februari hingga Mei 2021, dirinya berhasil membawa pulang gelar juara kedua.
Ustadzah Ika mengungkapkan bahwa motivasi utamanya adalah ingin menunjukkan bahwa KBM daring tidak selalu bersifat monoton dengan belajar di depan laptop. Namun, bisa menjadi kegiatan yang aktif dan menarik. Terlebih dirinya merupakan pengampu pelajaran biologi yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam setiap proses pembelajarannya.
“Untuk menjadi lebih inovatif, kita harus mulai lebih peka terhadap sekitar dan kebutuhan siswa,” ungkapnya.
Melalui video yang diunggah di kanal youtube pribadinya, Ustadzah Ika menerangkan bahwa secara umum terdapat tiga tahapan dalam proses KBM, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap persiapan dirinya berusaha memberikan modul pembelajaran yang lengkap dan jelas kepada siswa. Mulai dari deskripsi materi yang akan dipelajari, teknik asesmen, bahkan berbagai referensi pembelajaran. Pada tahap inilah stretegi pembelajaran dibuat.
“Semakin sering kita menggunakan media yg sama semakin tinggi tingkat kejenuhannya. Alhasil informasi tidak tersampaikan dengan baik. Beda lagi dengan pembaruan media yang dilaksanakan terus menerus pasti akan membuat KBM lebih menyenangkan,” jelasnya.
Tahap berikutnya yaitu pelaksanaan atau tahap pembelajaran. Ustadzah Ika menjelaskan bahwa penting untuk memahami dan memaksimalkan seluruh fitur virtual atau daring yang sudah tersedia. Guru juga perlu untuk terus mengeksplorasi alat-alat ataupun fitur baru. Selain itu, desain kegiatan mandiri juga harus diperhatikan. Hal itu juga berlaku pada tahap evaluasi. Ekplorasi aplikasi maupun fitur baru membuat kegiatan evaluasi terasa lebih menyenangkan bagi siswa.
“Kegiatan mandiri siswa harus bersifat menarik dan disesuaikan dengan kondisi belajar masing-masing. Agar siswa tidak terbebani dan mereka bisa tetap enjoy dan produktif,” imbuhnya.
Selain tiga tahapan itu, Ustadzah Ika juga menambahkan bahwa kolaborasi antara guru dan siswa jauh lebih penting. Keterampilan guru untuk bisa membuat media pembelajaran yang menarik akan membantu siswa untuk memahami pelajaran dengan lebih baik. Namun, keberadaan guru sebagai pembimbing akan membentuk ikatan dan atmosfer pembelajaran yang lebih menyenangkan. Karenanya, keduanya harus saling bersinergi.
“Students don’t learn from teacher they don’t like. Maka sebagai guru dan pendidik, kita harus mulai belajar menjadi pendengar yang baik juga. Agar kita paham keadaan siswa kita dan bisa memberikan pembelajaran yang tepat bagi mereka,” pungkasnya. (nai/lil)