Tebarkan Risalah, Santri Thursina IIBS Jalankan Safari Dakwah Ramadhan ke Jepang
Negeri Sakura menjadi negara yang diimpikan ribuan orang untuk belajar teknologi informasi dan otomotif. Namun berbeda dengan 12 santri Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) ini. Mereka terbang ke Jepang mengemban misi dakwah menyebarkan Islam melalui program Safari Dakwah Ramadhan Luar Negeri 2023 (30/03 – 06/04).
Ustadz Syaikhul Muslim, S.Pd.I selaku Koordinator Kaderisasi Ulama Thursina IIBS mengungkapkan, kegiatan ini adalah program Unit Education dalam rangka menyiapkan dan mencetak kader-kader dai untuk mengamalkan dan mempraktekkan ilmunya di masyarakat. Program ini direalisasikan melalui lima cabang kegiatan yang diikuti santri, diantaranya program imam, khutbah/tausiyah, mengajar TPQ, Thursina Banjari Club serta Safari Dakwah Ramadhan.
“Safari Dakwah Ramadhan sendiri terbagi dalam dua tujuan pertama Safari Dakwah Dalam Negeri yang dilakukan di beberapa masjid dalam negeri dan kedua Safari Dakwah Luar Negeri yang dilakukan di luar negeri, untuk tahun ini negara yang menjadi tujuan adalah Jepang,” ungkapnya.
Beliau menambahkan, terkait santri yang mengikuti program ini, sebelumnya mereka telah mendaftar dan mengikuti berbagai pembekalan materi maupun praktik. Praktik dilakukan mulai dari memimpin shalat jamaah sesama santri, mengajar di TPQ setempat hingga mempelajari retorika dakwah sekaligus mempraktikkan di hadapan santri dan asatidz Thursina IIBS. Sebanyak 12 santri yang tergabung dalam program ini diantaranya Ezar Firjatullah, Naufal, Arya, Rizky Al Barri, Al Madani, Danis Azka, Mahesa, Dzaky Manaf, Aldi Baskoro, Azka Hafianto, Pasha Yudha serta Rafli Islami Pasha.
Lebih lanjut, beberapa agenda yang dilakukan selama satu pekan di Jepang diantaranya mengajar TPQ di Icigao dan Tokyo, mengajar TPQ di Masjid Indonesia Tokyo, mengikuti tabligh akbar bersama Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) Jepang, mengikuti pesantren kilat untuk sharing kehidupan menjadi santri, pembuatan video dakwah berlatar Jepang, menjadi imam sholat isya dan tarawih di Masjid Indonesia Tokyo. Selain itu mereka juga akan melakukan studi banding ke Yamanashi Gakuin University serta melakukan tadabur alam sebagai bagian proses refreshment.
“Ramadhan ini sekaligus menjadi momen untuk merasakan pengalaman menjalani puasa di negeri orang, di tengah minoritas dan disinilah mereka bisa mengetahui menjalani ibadah saat Ramadan di negara minoritas muslim tidak semudah berpuasa di negara yang mayoritas muslim seperti Indonesia,” imbuhnya.
Ustadz Syaikhu berharap program ini dapat mengantarkan santri agar memiliki pengalaman menjadi imam dan dai lintas negara sekaligus belajar kultur baru yang berbeda. Apapun profesi santri mereka tetap memegang teguh ilmu yang telah dipelajarinya dalam menebar kebermanfaatan dan membangun ketaatan kepada Allah SWT.
“Semoga santri yang mengikuti program ini benar-benar menjadi orang yang berilmu yang mampu memberikan perubahan, menjadi pelita bagi umat dan menjadi madu peradaban bagi bangsa ini,” pungkasnya. (hel/lil)