Tazkia IIBS Invites The Youngest Hafidz in The World from Egypt to Give Motivation to The Students

Tazkia IIBS – Usia keemasan (the golden ages) seorang anak adalah fase terbaik bagi mereka untuk mempelajari sesuatu, termasuk dalam menghafal Al-Qur’an. Terutama pada usia 1-3 tahun, orang tua harus mulai mengenalkan anak pada Al-Qur’an. Itulah pesan yang disampaikan Dr. Kamil al-Labudi seorang hafidz asal Mesir yang telah menanamkan kebiasaan menghafal Al-Qur’an pada putranya, Tabarok Kamil al-Labudi sejak ia berusia tiga tahun. 

        Tahfidz merupakan program unggulan di Tazkia IIBS. Sebagai bentuk keseriusan dalam mencetak generasi hafidz Al Qur'an sekaligus memotivasi para santri dalam menghafal Al-Qur’an, Tazkia IIBS seringkali menghadirkan profil hafidz-hafidz baik nasional maupun internasional untuk memberikan motivasi kepada para santri. Seperti kemarin (27/01), Tazkia IIBS secara khusus mendatangkan pasangan ayah dan anak penghafal Al-Qur’an dari Mesir, Dr. Kamil Al Labudi dan Tabarok Kamil Al Labudi dalam acara yang bertajuk Motivasi Al-Qur’an.

        Di hadapan seluruh santri dan jajaran asatidz yang hadir, Tabarok al Hafidz dengan sigap meneruskan potongan-potongan ayat yang diajukan kepadanya. Tidak hanya menghafal ayat, Tabarok al Hafidz juga mampu menyebutkan nama surah dan letak ayat yang dibacakannya dalam AL-Qur’an. Kemampuan hafidz berusia 15 tahun ini tak ayal mengundang kekaguman seluruh santri dan asatidz yang menyaksikan Kemampuannya dalam menghafal Al-Qur’an tidak begitu saja dimilikinya. 

        Pada sesi tanya-jawab, Dr. Kamil al Hafidz menceritakan bagaimana beliau mengenalkan Al-Qur’an pada putranya sejak berusia tiga tahun, semenjak itu pula beliau membiasakan Tabarok al hafidz untuk muroja’ah setiap harinya. Dengan niat dan kesungguhan, Tabarok al hafidz berhasil menghafalkan Al-Qur’an pada usia 4,5 tahun dan dinobatkan sebagai Qari' (indo: hafidz) termuda di dunia saat itu.

 

 

        Niat karena Allah dan kesungguhan dalam menghafal adalah kunci utamanya. Beliau meyakinkan para santri Tazkia IIBS bahwa orang Arab yang sehari-hari berkomukasi dengan Bahasa Arab sekalipun tidak akan bisa menghafalkan Al-Qur’an dengan mudah tanpa kedua kunci tersebut. “Sebagian orang berkata bahwa orang Arab yang bisa berbahasa Arab akan mudah saja menjadi hafidz, Jawabannya tidak!. Tidak semua orang arab hafal Al-Qur’an, kecuali dengan niat karena Allah karena keberhasilan manusia tergantung pada usahanya. Menghafal adalah mudah, buktinya walaupun orang Indonesia ketika mendengarkan musik India atau musik negara lain kita tetap bisa menghafalkannya apalagi Al-Qur’an yang jelas lebih berfadhilah”. (Arf)

Share this post