TAZKIA COMPARATIVE STUDY TO AL- AMIEN PRENDUAN MADURA
Tazkia IIBS – Dalam rangka meningkatkan kualitas bidang bahasa dan al-Qur’an, jajaran Unit Kepesantrenan Tazkia IIBS Malang mengadakan silaturrahim dan studi banding ke Tarbiyatul Mu’allimiin al-Islamiyah (TMI) Al- Amien Prenduan. Salah satu pondok pesantren yang dikenal masyarakat luas karena program tahfidz Qur’an dan kedisiplinan bahasa yang dipertahankan hingga kini. Menjaga eksistensi selama lebih dari 60 tahun tentu bukanlah hal yang mudah, namun TMI Al-Amien Prenduan telah membuktikan bahwa kematangan usia semakin menjadikannya kokoh dengan segala program yang dijalankan bagi para santri nya. Inilah yang menjadikan jajaran Unit Kepesantrenan Tazkia IIBS merasa perlu untuk menimba ilmu khususnya mengenai pengembangan bahasa dan al-Qur’an.
Pada kunjungan kali ini, Ustadz Muhammad Rajab, M.Pd.I selaku Kepala Unit Kepesantrenan Tazkia IIBS didampingi pula oleh lima asatidz lainnya, yaitu Ustadz Husni Mubarok, Lc., Ustadz Khoirun Nasihin, Lc., Ustadz Abdul Aziz, Lc., Ustadz Abdul Mughis, Lc., dan Ustadz Wahyu Eko Mardi I, M.Sc. Fin. Kedatangan perwakilan Tazkia IIBS disambut penuh kehangatan oleh jajaran asatidz TMI Al-Amien Prenduan, diantaranya tampak K.H Khoiri Khusni yang tak lain adalah Mudir Ma’had Tahfidzul Qur’an, Ustadz Ahmad Walidil Qutub, S.Pd selaku Ketua BMTQ (Bidang Mudarosah & Tahfidz Qur’an), Ustadz Hamzah Arsy, S.Pd.I., Ustadz Ja’far Shodiq selaku Direktur Kurikulum, Ustadz Hasbullah dan Ustadz Arsy.
Setelah ramah tamah dan perkenalan, kunjungan dilanjutkan dengan diskusi ringan mengenai sejarah singkat lembaga hingga metode pembelajaran yang diterapkan di TMI Al-Amien Prenduan. Dalam pengembangan bahasa, pondok pesantren yang berlokasi di Jalan Raya Prenduan, Sumenep – Madura ini ini mengacu kepada metode yang diterapkan Pondok Pesantren Gontor, dimana Bahasa Arab dan Bahasa Inggris menjadi bahasa sehari-hari para asatidz dan santri baik di lingkungan asrama maupun dalam kegiatan belajar mengajar. Penerapan dua bahasa ini dilakukan bergantian disetiap minggunya atau dibagi dalam Arabic fortnight (al-usbu’ al-‘Araby) dan English fortnight (al-usbu’ al-Injilizy). Selain itu, Setiap pagi setelah Shalat Subuh dan membaca al-Qur’an, santri akan diberikan kosakata baru yang dilafalkan oleh para pengurus asrama dan diikuti oleh para santri secara bersamaan dengan suara lantang. Setiap santri akan diwajibkan untuk membuat tiga kalimat berbeda dengan kosakata baru yang telah dberikan dalam buku khusus itu diserahkan kepada pengurus asrama untuk dikoreksi setiap harinya.
Sementara itu, dalam metode tahfidz al-Qur’an TMI Al-Amien Prenduan menerapkan sistem muraja’ah dengan mengujikan hafalan lama dan baru kepada asatidz senior secara teratur. Untuk meberikan suasana nyaman dalam menghafal disediakan pula gazebo yang menyebar disekitar lingkungan pondok. Ketegasan TMI Al-Amien Prenduan dalam mendidik para santri untuk menghafal al-Qur’an dibuktikan pula dengan hukuman yang mendidik bagi para santri yang belum berhasil mencapai target hafalan. Mulai dari hukuman berdiri sampai hafal hingga tidak dipulangkan saat liburan. Hal tersebut semata diberlakukan untuk mendidik kedisiplinan santri dalam menghafal al-Qur’an. Bagi santri yang memiliki kompetensi tinggi dalam menghafal, TMI AL-Amien Prenduan juga memiliki program takhasus Selama 3 tahun dengan target santri khatam 30 Juz al-Qur’an.
Kunjungan Unit Kepesantrenan Tazkia IIBS ini sangat diapresiasi oleh jajaran asatidz TMI Al-Amien. Banyak ilmu dalam penerapan metode kepesantrenan didapatkan dari pondok pesantren yang telah memiliki begitu banyak alumni yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan hingga mancanegara ini. Ilmu-ilmu tersebut tentu sangat berguna dan efisien untuk diterapkan pula di Tazkia IIBS guna memberikan pendidikan yang berkualitas dan melahirkan santri berkarakter unggul dalam ahlak juga akademik. Dipenghujung pertemuan singkat hari itu, satu pesan singkat nan berharga disampaikan oleh Ustadz Hasbullah kepada asatidz perwakilan Tazkia IIBS.
“ Metode belajar dan mengajar yang paling baik adalah metode hikmati dan metode keikhlasan, keduanya akan menghasilkan pendidikan yang berkualitas”, ujarnya penuh khidmat.