Sweet Dreams oleh Kayla Lucrezia Azzahra 12 Putri
“Kak box yang ini aku taruh mana?” tanya Jack, adik laki-laki ku satu-satunya. “Taruh aja di atas meja yang itu” perintah ku. Aku dan Jack baru saja pindah ke rumah yang baru aku beli berkat kerja keras ku. Orang tua kami sudah meninggal akibat kecelakaan mobil 5 tahun yang lalu saat aku baru berusia 20 tahun dan jack baru berumur 13 tahun.
Aku mengumpulkan uang sebanyak mungkin agar bisa membeli rumah di tempat lain, diluar kota kami dibesarkan, karena semua memori yang telah kami buat dengan orang tua kami selalu terngiang-ngiang di kepala. Aku memutuskan untuk membeli rumah di kota kecil ini, Kota Baskerville. Kota ini tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dengan kota, penduduknya pun tidak banyak dan tempat ini sangat tenang.
Rumah yang kubeli adalah rumah bernuansa modern farmhouse. Di depan rumah terdapat tanaman-taman kecil yang berjejer menghiasi jalur masuk rumah, adapun dua pohon yang tidak terlalu besar. Rumah ini dominan berwarna putih dan dihiasi dengan aksen hitam.
Kamar ku terletak dibawah sedangkan Jack diatas. Aku mengalah dengan Jack karena ia sangat suka dengan hal-hal astronomi dan teknologi, otomatis ia membutuhkan kamar yang cukup besar. Aku menempati kamar satu satu nya yang ada dibawah, tempatnya cukup tersembunyi, di pojok lorong yang ada dibelakang dapur. Meskipun begitu, space nya cukup besar. Perabotan kami memang sudah ditata sedemikian rupa oleh pihak interior designer yang aku sewa, jadi kami hanya tinggal memindahkan barang-barang yang kecil.
Kami sudah menempati tempat ini selama kurang lebih 2 minggu, dan memang banyak sekali barang yang harus dibawa dari rumah yang dulu sampai-sampai beberapa barang masih berdatangan dan box-box pun masih berkeliaran sekitar rumah.
---
Keesokan paginya, aku dan Jack bergegas masuk mobil dan berangkat untuk memulai aktivitas hari ini. “Kak, inget Josh ga? Tetangga kita” tanya Jack dengan muka khawatir. Josh Pugh, Pria berumur 27 tahun, ia tinggal dengan kekasihnya, Sabrina Rogers. Mereka tentangga depan rumahku.
Josh sempat membantu kami mengangkuti barang saat minggu pertama pindah. Josh adala pria yang cukup menarik, namun sayangnya ia telah memiliki kekasih. Sabrina memiliki rambut pirang dan mata biru kehijauan, cantik sekali bukan? Tentu saja Josh mengencaninya.
“Josh kenapa?” tanyaku dengan wajah khawatir. Jack menjelaskan bahwa Josh menghilang, tadi malam ia masih terlihat namun pagi ini, Sabrina mengecek kamar Josh dan ternyata ia sudah tidak ada. Ia menghubungi Josh, dan ternyata telepon genggam Josh masih ada disebelah tempat tidurnya.
Ini sudah ketiga kalinya ada kasus orang hilang. Minggu lalu, Sang Aktris Olivia Carter, ia tinggal 2 rumah dari kami, ia menghilang di malam hari, dan sampai saat ini ia masih belum ditemukan. Semenjak hilangnya Olivia, kami para warga harus mengunci semua jendela dan pintu setiap saat agar kejadian yang sama tidak terulang. Tak lama setelah Olivia hilang, tepat nya 2 hari setelah itu, Sean, sang kakek tua yang tinggal di sebelah rumah Olivia pun menghilang. Sekarang Josh menghilang, aku dan Jack sangat takut.
---
Ini sudah dua hari semenjak Josh menghilang. Ia masih belum ditemukan, Sabrina terlihat sangat pucat, tatapan matanya kosong, kantung matanya sangat hitam, dan terlihat jelas ia sering menangisi Josh.
Hari ini adalah hari libur, aku dan Jack menyantap sarapan yang sangat simple, hanya roti panggang dan omelete. Aku membuka pembicaraan dengan menceritakan mimpiku yang akhir-akhir ini sangat aneh.
Aku akan berdiri di depan suatu pintu ataupun jedela yang tidak terkunci. Lalu aku akan memetik bunga satu-satunya yang ada disitu, setelah dipetik bunga tersebut berubah menjadi bunga yang ukurannya lumayan besar dan sangat berat. Setelah itu aku akan menyeret salah satu kelopak bunga itu lalu melemparkannya ke suatu lubang.
Mimpi tersebut terasa sangat nyata, bahkan saat ku lempar bunga itu kedalam lubang, akan mengeluarkan suara aneh dari dalam lubang. Namun, aku tidak menceritakan ke Jack setiap aku mimpi tersebut, saat bangun kaki ku kotor sekali, dipenuhi dengan tanah. Terakhir kali aku terbangun dengan mimpi tersebut, jari ku ada darah dan entah sumber dari mana. Aku pun positive thinking saja, mungkin Jack menjahili aku.
Jack mengatakan aku harus meditasi sebelum tidur dan selalu membayangkan hal-hal yang indah sebelum tidur agar tidak mengalami mimpi seperti itu lagi. Setelah sarapan, aku pergi untuk membeli beberapa kebutuhan dapur. Awalnya, aku mengajak Jack agar ia tidak dirumah sendirian. Namun, ia menolak, katanya ia muak dikira orang-orang berpacaran dengan ku, ya memang karena dia lebih tinggi daripada aku.
---
Aku mengendap-endap masuk ke kamar kakakku, Meredith. Sikap nya akhir-akhir ini ia bersikap sangat aneh. Setiap malam aku mendengar suara pukulan dan tamparan, namun saat aku turun kebawah tidak ada siapa-siapa. Bahkan jendela dan pintu masih tertutup rapat.
Di malam hari, Meredith sangat amat tidak mau diganggu. Pernah suatu malam aku mengetuk pintu kamar nya dan ia keluar dengan mata melotot, mengatakan bahwa jangan pernah mengganggu nya dimalam hari. Aku merasa itu bukan Meredith, tapi aku tetap positive thinking dan mengira dia hanya badmood saja.
Aku meletakkan kamera tersembunyi di bawah TV Meredith. Kamera ini sangat kecil, besarnya sebiji jagung, dan sangat mustahil dilihat dengan telanjang mata. Apalagi mata kanan Meredith memiliki minus setengah. Malam ini aku akan mengamati Meredith, aku hanya ingin tau kebenarannya.
Sepulang dari supermarket, aku langsung bersih diri dan bersiap untuk tidur. Sekitar jam sepuluh malam aku mendengar suara hentakan, aku langsung terbangun. Jantung ku berdetak dengan cepat, keringat dingin ku terasa menetes ke bantal tidurku, apakah aku orang selanjutnya?
Aku mendengarkan hentakan itu dengan teliti. Nyatanya hentakan itu berasal dari bawah tempat tidurku. Tempat tidur ku tidak memiliki kolong, adrenalin ku kembali meradang. Dengan berani, aku menggeser tempat tidurku ke samping.
Ada bagian lantai yang bukan kayu, melainkan besi dengan gembok kuno diatas nya.Bentuk lantai besi itu persegi dan ukurannya sekitar 30 cm X 30 cm. Aneh sekali, mengapa aku tidak merasakan gembok nya saat aku tidur diatas kasur? Apakah karena kasurku terlalu tebal?
Aku menyadarkan diri dari sejuta pertanyaan yang ada di dalam benakku. Sekarang waktunya mencari kunci dari gembok ini. Aku membuka semua laci yang ada dikamar ku. Lalu aku melihat ada kotak kecil bermotif bunga mawar hitam di bawah kabinet TV ku. Saat ku buka ternyata isi nya adalah kunci yang terlihat sangat kuno.
Aku bergegas membuka gembok itu dengan kunci yang barusan ku temukan. Ternyata bisa terbuka! Aku menjauh kan badan ku dan perlahan ku buka lantai tersebut. Terlihat sepertinya ada ruangan yang cukup dalam, seperti basement. Ada pencahayaan namun sangat minim. Saat ku dekat kan muka ku kedalam lubang tersebut, aku melihat wajah, tidak satu, namun tiga. Olivia?! Sean?! Josh?! Lalu semua berubah menjadi hitam.
---
Aku melihat Meredith membuka sesuatu di lantainya. Saat kulihat, ternyata semua orang hilang ada dibawah lubang itu. Tiba-tiba Meredith pingsan. Aku bergegas menelepon 911, aku melaporkan ada penculikan dan korban sudah ditemukan. Ia bertanya namaku dan aku menjawabnya dengan pelan agar tidak didengar oleh siapapun.
“Sekarang kau harus tenang dan sebutkan alamat rumahmu Jack” perintah sang Operator
Aku mencoba mengatur nafas ku, “Alamat rumahku 223B Baskerville”
Tiba-tiba Meredith bangun dari pingsannya. Mimik wajah nya berubah, ia terlihat sangat muram. Ia berjalan mendekati kamera tersembunyi yang kutaruh dibawah TV, lalu ia menghancurkannya dengan tangan kosong. Aku panik dan langsung masuk ke dalam lemari baju ku.
Teleponku masih tersambung dengan Operator 911, ia mengatakan untuk tetap tenang dan polisi sedang dalam perjalanan. Aku mendengar Meredith memanggil ku dengan perlahan namun sangat seram. Jantungku nerdetak dengan cepat, keringatku sekarang sudah bercucuran, tangan ku bergetar hebat. Aku mencoba mengatur nafas ku agar ia tida dapat mendengarku.
Meredith masih tetap memanggilku, aku dapat mendengar ia menaiki tangga. Namun, tiba- tiba ia berhenti memanggilku, langkah kaki nya pun terhenti. Tetap saja, aku tidak mau keluar dari lemari dan mempertaruhkan hidupku.
“Jack apa kau masih disana?” tanya sang operator.
Aku baru mau menjawab, Meredith sudah membuka pintu lemari baju ku. Tatapannya angat menakutkan, ia membawa tongkat bisbol yang asalnya entah darimana.
“Meredith tolong, jangan lakukan ini” Lirih ku padanya.
“Aku bukan Meredith!” bentaknya
Kepala ku ia hantam dengan tongkat bisbol itu dan semua berubah hitam.
---
Cahaya yang begitu terang menusuk mataku, perlahan ku buka mataku. Aku tidak dapat mengingat dengan jelas apa yang barusan terjadi. Badan ku takbisa ku gerakkan, aku yang panik langsung menyadarkan diri dan ada dua orang polisi di depanku.
Saat mereka melihat aku yang sudah sadar, salah satu dari mereka langsung memanggil dokter. Dokter datang dengan susternya dan memeriksaku, menanyaiku beberapa hal. Aku ada dirumah sakit? Apa yang terjadi dengan Meredith?
“Kami menemukan Meredith sedang menyeret badan mu turun tangga. Kami langsung menangkapnya dan melarikan mu ke rumah sakit. Saat kami periksa, Meredith mengalami gangguan jiwa, ia memiliki multiple personality disorder atau biasa dibeut kepribadian ganda. Yang malam itu memukulmu bukanlah Meredith, melainkan Elisa, ia adalah kepribadian lain yang ada didalam tubuh Meredith” Jelas polisi wanita.
Polisi laki-laki menjelaskan bahwa penyebab kecelakaan orangtua ku juga diakibatkan oleh ayah ku sendiri. Kepribadian lain nya keluar saat menyetir dan ia akhirnya menabrakkan mobil itu ke pohon.
Kepribadian lain Meredith atau bisa kita bilang Elisa hanya keluar saat malam dan ia baru muncul saat Meredith berumur 25 tahun. Kecemburuan Elisa atas Sean yang memiliki masa tua yang sempurna, Olivia yang terkenal, dan Josh tampan yang memiliki kekasih menjadi motif penculikan.
Ia mengatakan bahwa dulu ia tak pernah mendapatakan apa yang ia mau dalam hidupnya. Dengan tubuh Meredith yang bagus dan fit harus bisa ia manfaatkan semaksimal mungkin.
Josh ditemukan dengan hidung yang patah, karena ia melakukan pemberontakan dan Elisa meninju hidungnya. Kaki kanan Olivia dan Sean dipatahkan oleh Elisa agar mereka tidak dapat melakukan perlawanan.
Mimpi Meredith adalah gambaran Elisa saat melakukan aksinya. Meredith hanya melihat visual yang otaknya berikan kepadanhya.Bunga yang ia maksud adalah Olivia, Sean, dan Josh. Lubang yang ia maksud adalah lubang yang ada di bawah tempat tidurnya. Itulah mengapa bunga yang ia petik terasa berat dan ada suara aneh saat ia melemparkan bunga itu kedalam lubang.
Meredith akan di larikan ke rumah sakit jiwa dan entah akan keluar kapan.
---
7 tahun kemudian
Aku memasuki rumah sakit jiwa ini pertama kalinya. Bodoh sekali Meredith masuk kedalam sini. Aku akan coba menjenguk Meredith untuk pertama kalinya. Hidupku sekarang sudah jauh lebih bak daripada 7 tahun yang lalu. Semoga aku tidak berakhir disini juga.
Meredith duduk didepan ku, kami hanya dibatasi oleh kaca akrilik. “Butuh 7 tahun untuk kamu mengumpulkan niatmu untuk menjenguk ku Jack? Apa kamu tidak merindukan ku?”
“Aku bukan Jack, Meredith” Aku mendekat kan muka ku ke kaca akrilik.
“Aku Jonathan” aku menyeringai.
-The End-
Karya: Kayla Lucrezia Azzahra / 12 Putri