Santri Thursina IIBS Sabet Dua Medali Emas dalam Lomba Inovasi International

Rasa ingin tahu yang besar adalah bekal yang kuat untuk menjadi seorang pelajar yang berprestasi. Hal itu ditunjukkan oleh santri. Berlaga dalam Indonesia International IoT Olympiad (I3O) 2022, tim SMP dan SMA Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) berhasil menyabet medali emas dalam dua kategori berbeda (24/05). Perlombaan ini diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) berkolaborasi dengan Universitas Muria Kudus dan diikuti oleh siswa SMP dan SMA dari berbagai negara di dunia.


Tim SMP yang beranggotakan Aqillah Hamam Gibran, M. Raafi Ananda, dan Rafi Khayri menyabet medali emas dalam kategori IoT in Energy and Manufacturing. Mengangkat judul penelitian Microcontroller Based Photovoltaic System For Energy Management, mereka menyajikan inovasi alat untuk memonitor panel surya dan otomatisasinya. Melalui alat tersebut, seseorang akan dimudahkan dalam memonitor tegangan, daya dan arus listrik. Sehingga dapat mencegah terjadinya overpower, sengatan listrik, dan kabel terbakar.


   


Sedangkan tim SMA yang digawangi Ibrahim Bintang El-Fajri, M. Roayna Azzam, Zeidan Noor, dan Arif Zafar Muttaqin menyabet medali emas dalam kategori IoT in Energy and Manufacturing.  Mengambil judul artikel Smart Monitoring System based on Internet of Things for Vertical Farming Application, tim SMA berusaha untuk memberikan solusi dalam proses kontrol bidang agrikultur. Inovasi tersebut berupa dapat memonitor kualitas tanaman dan tentunya dilengkapi dengan fitur otomatis pendeteksi kadar keasaman tanah. Sehingga ketika kadar keasaman media tanam berubah, alat ini akan otomatis menambahkan penstabil keasaman media.


Ustadz Haidar Ali, S.Si., M.Si., selaku pembina menjelaskan bahwa selama masa pembinaan, kedua tim sangat gigih. Mulai dari pencarian anggota tim, proses penyusunan makalah, hingga latihan untuk presentasi. Proses pembinaan yang cukup intens tentu menghadirkan rasa jenuh dan lelah. Namun, seluruh peserta tetap saling membantu dan mengisi kekosongan.


   


“Mereka semua sangat bekerja keras dan punya kerjasama yang baik selama proses pembinaan. Alhasil kemampuan mereka matang untuk mempresentasikan hasil karyanya. Saya rasa itu faktor terbesar mereka bisa menyabet medali emas,” ungkapnya.


Ustadz Haidar juga menambahkan bahwa pada dasarnya kedua tim telah memiliki mental dan motivasi yang tinggi. Saat anak-anak lain seusia mereka masih berkutat dengan game dan terlena dengan perangkat yang serba mudah dan smart, tetapi mereka dapat membuat perangkat smart itu sendiri. Karenanya, Ustadz Haidar juga berpesan kepada santri Thursina untuk tidak pernah berpuas diri dalam belajar. Serta jangan pernah melupakan pesan orang tua untuk bersungguh sungguh dalam mencari ilmu.


"Kedepannya, kedua tim akan diajak untuk bisa merealisasikan inovasi mereka dalam bentuk prototype untuk dapat diikutkan kembali ke lomba yang berbeda. Sehingga, mereka bisa memiliki pengalaman belajar dan lomba yang lebih banyak,” pungkasnya. (nai)

Share this post