Representing Indonesia, Student of Tazkia IIBS Malang Ready to Compete in International School Arabic Debating Championship in Qatar
Tazkia Internasional Islamic Boarding School (IIBS) Malang kembali mengirimkan delegasinya ke event internasional. Pada Rabu, (4/4) nanti empat santri Tazkia IIBS Malang akan bertolak ke Qatar. Diantaranya, Aftina Zakiyyah Wafda, Shofiah Achmad Dzaky, Aqidatul Izza Rahayu dan Nuriya Lailatus Sakinah. Kesemuanya merupakan santri kelas X SMA Tazkia IIBS Malang.
Dalam gelaran 4th International School Arabic Debating Championship (4th ISADC) 2018 tersebut, Tazkia IIBS Malang merupakan satu-satunya delegasi yang mewakili untuk ke tingkat internasional tersebut. Ustadz Agung Muttaqien, S. Pd menyatakan, penyeleksian ini sangat selektif dan semua berjalan sesuai dengan standarisasi Qatar Debate.
Penyeleksian antar negara tersebut dilakukan secara online langsung dari panitia Qatar Debate tersebut. Setelah melalui tes wawancara dan penyerahan berkas, secara resmi Tazkia IIBS Malang terpilih mewakili Indonesia dalam event dwi tahunan tersebut. “Kemampuan bahasa arab merupakan salah satu syarat mutlak, karena perlombaan yang diadakan adalah debat bahasa arab,” jelas Ustadz yang juga pernah mewakili dalamTraining of Trainer yang diadakan oleh Qatar Debate 2017 lalu.
Lebih dari 150 negara akan bertanding di negara yang terletak di semenanjung kecil Jazirah Arab di Asia Barat itu. Termasuk 38 Negara merupakan sebagai bukan dari Negara Arab atau bahasa Arab bukan sebagai bahasa Ibu seperti; Rusia, Albania, Kyrgystan, Kosovo, Jepang, Korea, Cina, Prancis, Spanyol, Brazil, India, Thailand, Jerman, Belanda, Inggris, dan Italia serta negara yang berkedudukan di Eropa lainnya.
Setiap tim, lanjut Ustadz Agung, nantinya akan bertanding lima putaran. Setidaknya ada 14 isu internasional yang akan diperdebatkan dalam perlombaan tersebut. Diantaranya adalah tentang isu hak veto dalam PBB, bahaya media sosial dalam lingkungan sosial, intervensi negara maju dan kebijakan politiknya dalam kemerosotan negara-negara yang berkemban, hak-hak politik dan hak sosial dalam kembali menghidupkan perekonomian yang lebih baik.
“Kita membekali santri dengan judul yang sudah ditentukan tersebut. Metodenya melalui diskusi kontemporer, berlatih kalam atau berbicara bahasa arab serta berlatih menganalisa keadaan sosial bahkan hingga berlatih berlogika dengan kondisi internasional yang ada. Yang paling penting adalah membekali santri dengan pengetahuan-pengetahuan internasional. Intens kami lakukan sejak bulan Januari 2018,” ungkap guru berdarah Sunda tersebut.
Lebih dari itu, tidak hanya santri saja yang berlaga dalam event internasional tersebut. Namun, pendamping setiap negara, mendapatkan kehormatan untuk menjadi juri dalam lomba debat bahasa arab tersebut. Setiap pendamping menjadi juri pada putaran-putaran perlombaan. “Ini merupakan salah satu langkah dalam memberikan pengalaman internasional pada santri sekaligus penyebar syiar bahasa arab bagi non penutur asli di negara arab,” pungkasnya. (lil)