Promoting International Mindedness, Tazkia Introduced Japanese Culture to the Students
Perkembangan
tekhnologi yang sangat cepat diawali dari bangkitnya Jepang setelah luluh
lantak akibat bom yang diluncurkan oleh Amerika Serikat pada 1945 silam. Sebelumnya
pada tahun 1835 Jepang sudah mengirimkan warganya untuk menimba ilmu di benua
Eropa. Pada tahun 1868 terjadi Restorasi Meiji yang merupakan titik kilas
revolusi industri yang terjadi di Jepang. Era Meiji ini juga dikatakan sebagai
awal Jepang mulai akrab dengan modernisasi.
“Pada
tahun 1970, Jepang mendirikan kota khusus untuk penelitian yang berkaitan
tentang tekhnologi dan science yang kemudian dinamakan Tsukuba Scientific, “
jelas Yuriku dihadapan seluruh santri putra maupun putri Tazkia IIBS Malang.
Saat ini Jepang memiliki 757.000 peneliti termasuk di dalamnya peneliti dalam bidang tekhnologi dan science. Peneliti Jepang sangat dekat dengan masyarakat, penelitian-penelitian yang dilakukan selalu berdasarkan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Suatu contoh, lanjut peneliti jebolan Zoologi Departement tersebut, penelitian tentang Pelophylax Porosus yaitu kodok endemik Okayama yang kian hari kian punah. “Penelitian ini penting untuk masyarakat karena bersentuhan langsung dengan ekosistem yang ada,” papar pemuda yang aktif meneliti serangga tersebut.
Lebih dari itu, terobosan-terobosan Jepang dalam bidang tekhnologi menjadikan Jepang kiblat tekhnologi di Asia bahkan dunia. Salah satunya Automatic Driving System yang diciptakan Jepang untuk mempermudah dalam mengendarai mobil serta mengurangi angka kecelakaan. Tekhnologi-tekhnologi tersebut diciptakan untuk membuktikkan bahwa Jepang dapat bangkit dari keterpurukan setelah di bom tersebut. “Kami mempunyai jargon ‘Ganbarou Nippon’ atau jangan menyerah dan itu tertanam di setiap individu,” ungkap Yuriku.
Kepala
Jurusan Sciencepreneur, Ustadzah Ratu Fatimah, Ph.D menyatakan, kunjungan
Yuriku Suzuki ke Tazkia IIBS merupakan salah satu langkah dalam memperkenalkan
Jepang pada santri Tazkia IIBS. Terutama untuk santri SMA yang akan meneruskan
studinya di Jepang. Santri Tazkia IIBS juga diberikan kesempatan untuk
mempraktekkan bahasa Jepang langsung dengan Yuriku. “Tidak hanya dari segi
bahasanya saja, budaya Jepang juga diperkenalkan,” ucap Ustadzah Rafa, sapaan
akrabnya
Budaya
bersih dan disiplin adalah salah satunya. Jepang merupakan negara yang sangat
bersih. Bahkan untuk tempat sampah dibedakan dalam tujuh tempat sampah.
Pemisahan sampah ini berdasarkan pada jenis sampah yang bisa di daur ulang atau
tidak. Satu botol air minum terbagi dalam tiga dua jenis sampah yaitu botol
plastik, tutup botol serta label botol. Ketiganya harus dibuang di tiga tempat
sampah yang berbeda pula.
“Pengenalan
ini mendukung program clean campus yang sudah digencarkan Tazkia IIBS sejak
tahun 2017,” ungkap ustadzah lulusan Kumamoto University Jepang tersebut.
Konsep
hidup mandiri yang dikenalkan Jepang sejak dini juga disampaikan. Hal yang
terpenting yaitu Jepang merupakan salah satu negara di Asia yang sangat terbuka
pada muslim. Mahasiswa muslim serta restoran dan toko-toko makanan halal mulai
banyak berjamur di Jepang. “Jepang merupakan negara yang muslim friendly dan
itu sangat menunjang santri Tazkia IIBS yang ingin melanjutkan studinya di
Jepang,” pukasnya. (lil)