Promoting International Mindedness, Tazkia Introduced Japanese Culture to the Students

Mendekatkan dunia internasional pada santri Tazkia Internasional Islamic Boarding School (IIBS) Malang dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya dengan mendatangkan Yuriku Suzuki peneliti asal Okayama University of Science Jepang,  Sabtu (3/3). Dalam lawatannya, Yuriku menyampaikan terkait perkembangan tekhnologi di Jepang yang kian hari kian berkembang pesat.

Perkembangan tekhnologi yang sangat cepat diawali dari bangkitnya Jepang setelah luluh lantak akibat bom yang diluncurkan oleh Amerika Serikat pada 1945 silam. Sebelumnya pada tahun 1835 Jepang sudah mengirimkan warganya untuk menimba ilmu di benua Eropa. Pada tahun 1868 terjadi Restorasi Meiji yang merupakan titik kilas revolusi industri yang terjadi di Jepang. Era Meiji ini juga dikatakan sebagai awal Jepang mulai akrab dengan modernisasi.


“Pada tahun 1970, Jepang mendirikan kota khusus untuk penelitian yang berkaitan tentang tekhnologi dan science yang kemudian dinamakan Tsukuba Scientific, “ jelas Yuriku dihadapan seluruh santri putra maupun putri Tazkia IIBS Malang.


  


Saat ini Jepang memiliki 757.000 peneliti termasuk di dalamnya peneliti dalam bidang tekhnologi dan science. Peneliti Jepang sangat dekat dengan masyarakat, penelitian-penelitian yang dilakukan selalu berdasarkan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Suatu contoh, lanjut peneliti jebolan Zoologi Departement tersebut, penelitian tentang Pelophylax Porosus yaitu kodok endemik Okayama yang kian hari kian punah. “Penelitian ini penting untuk masyarakat karena bersentuhan langsung dengan ekosistem yang ada,” papar pemuda yang aktif meneliti serangga tersebut.

Lebih dari itu, terobosan-terobosan Jepang dalam bidang tekhnologi menjadikan Jepang kiblat tekhnologi di Asia bahkan dunia. Salah satunya Automatic Driving System yang diciptakan Jepang untuk mempermudah dalam mengendarai mobil serta mengurangi angka kecelakaan. Tekhnologi-tekhnologi tersebut diciptakan untuk membuktikkan bahwa Jepang dapat bangkit dari keterpurukan setelah di bom tersebut. “Kami mempunyai jargon ‘Ganbarou Nippon’ atau jangan menyerah dan itu tertanam di setiap individu,” ungkap Yuriku.


  


Kepala Jurusan Sciencepreneur, Ustadzah Ratu Fatimah, Ph.D menyatakan, kunjungan Yuriku Suzuki ke Tazkia IIBS merupakan salah satu langkah dalam memperkenalkan Jepang pada santri Tazkia IIBS. Terutama untuk santri SMA yang akan meneruskan studinya di Jepang. Santri Tazkia IIBS juga diberikan kesempatan untuk mempraktekkan bahasa Jepang langsung dengan Yuriku. “Tidak hanya dari segi bahasanya saja, budaya Jepang juga diperkenalkan,” ucap Ustadzah Rafa, sapaan akrabnya


Budaya bersih dan disiplin adalah salah satunya. Jepang merupakan negara yang sangat bersih. Bahkan untuk tempat sampah dibedakan dalam tujuh tempat sampah. Pemisahan sampah ini berdasarkan pada jenis sampah yang bisa di daur ulang atau tidak. Satu botol air minum terbagi dalam tiga dua jenis sampah yaitu botol plastik, tutup botol serta label botol. Ketiganya harus dibuang di tiga tempat sampah yang berbeda pula.


“Pengenalan ini mendukung program clean campus yang sudah digencarkan Tazkia IIBS sejak tahun 2017,” ungkap ustadzah lulusan Kumamoto University Jepang tersebut.

Konsep hidup mandiri yang dikenalkan Jepang sejak dini juga disampaikan. Hal yang terpenting yaitu Jepang merupakan salah satu negara di Asia yang sangat terbuka pada muslim. Mahasiswa muslim serta restoran dan toko-toko makanan halal mulai banyak berjamur di Jepang. “Jepang merupakan negara yang muslim friendly dan itu sangat menunjang santri Tazkia IIBS yang ingin melanjutkan studinya di Jepang,” pukasnya. (lil)

Share this post