Muhammad Husen Bajamal: Calon Dokter Hafidz Qur’an
Sosok leadership yang religius. Agaknya kalimat tersebut
cocok disematkan pada santri Thursina IIBS bernama lengkap Muhammad Husen Bajamal.
Santri kelahiran Malang, 9 Desember 2003 ini pernah menjabat sebagai ketua OSIS
ketika menempuh pendidikan di SMP IT Al-Uswah Surabaya. Pengalaman itulah yang
membuatnya terlihat lebih tenang dalam menyikapi suatu permasalahan.
Anak pertama dari empat bersaudara pasangan bapak Zaky Bajamal dan
ibu Fadillah ini dimata teman-temannya merupakan sosok yang pendiam tapi dapat
menjadi panutan. Hal ini dibuktikan dengan kedisiplinannya dalam mengerjakan
tugas yang diberikan. Ia juga selalu menjaga sikap dan berhati-hati ketika
berucap.
“Dari yang saya pahami memang diam itu adalah emas. Akhirnya
setiap perkataan yang kita ucapkan merupakan hal yang tidak bisa kita tarik
lagi. Maka gak heran kalau ada pepatah arab yang mengatakan lidah itu
lebih tajam daripada pedang,” ujarnya mengutip pepatah arab masyhur itu.
Santri kelas X ini memilih Thursina IIBS sebagai tempat menuntut
ilmu karena ingin memperdalam ilmu agama, menghafal Qur’an, dan ingin menguasai
bahasa Arab dan Inggris. Menurutnya, dengan menguasai tiga kemampuan tersebut
dapat sangat berguna untuk kehidupannya kelak.
Baginya, hafalan Al Quran merupakan salah satu cara untuk
menghadiahkan sesuatu terbaik untuk orangtua. Memang tidak hanya sampai di
menghafal saja tatarannya, tetapi juga sampai mengaplikasikan apa yang kita
hafalkan. Selain itu, dirinya juga ingin memperdalam ilmu agama. Ilmu agama
yang berarti ilmu Allah ingin ia perdalam.
“Dengan mendalami ilmu agama saya percaya Allah akan mempermudah,”
ucapnya yakin.
Terinspirasi sang Ayah, ketika ditanya mengenai cita-citanya,
santri yang saat ini memiliki hafalan 9 Juz ini ingin menjadi dokter dan
penghafal Qur’an 30 juz. Untuk mewujudkan cita-citanya, ia tekun belajar
terutama pada pelajaran Science. Sedangkan untuk memperdalam ilmu agama
dan mendapatkan pelajaran yang lebih banyak dalam pelajaran diniyah ia wujudkan
salah satu dengan mengambil jurusan Moslem Scholer. Ia berpendapat bahwa dengan
memilih jurusan Moslem Scholer, ia akan lebih fokus dengan cita-cita yang
dituju.
Santri yang mempunyai hobi olahraga ini memiliki cita-cita mulia
ingin membangkan orang tua. Ia pun selalu berpesan kepada teman-temannya untuk
selalu berbuat baik. “Dengan berbuat yang baik kita dapat menjadi contoh atau
teladan oleh orang-orang sekitar kita,” ujar santri bertinggi 178 cm ini.