Inspirational Talk: Peneliti BRIN Ajarkan Literasi Sains pada Santri Thursina IIBS
Mengusung tema “Literacy Skills To Tackle Hoax And Pseudoscience”, Thursina International islamic Boarding School (IIBS) menggelar seminar literasi bagi santri. Kegiatan ini diikuti oleh santri kelas 11 putra, 10 putri, dan 11 putra serta dilaksanakan secara terpisah di kampus putra dan putri. Hadir sebagai pemateri adalah A’liyatur Rosyidah, Ph.D yang merupakan salah satu peneliti di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Seminar ini merupakan bagian dari agenda rutin program spesialisasi SMA Thursina IIBS.
Mengawali materi, Aliya mengenalkan secara singkat tentang Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Secara umum target strategis BRIN adalah untuk meningkatkan produktivitas penemuan dan inovasi untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup masyarakat Indonesia. BRIN menaungi banyak bidang riset, mulai dari ekonomi, kebudayaan, dan juga kesehatan. Termasuk turunan dibawahanya yaitu riset terkait vaksin dan obat obatan.
“Vaksin memainkan peranan penting dalam meningkatkan kualitas hidup sehat yang berkelanjutan. Termasuk pada kasus pandemi Covid-19. Karenanya, hingga saat ini pemerintah terus berusaha memproduksi dan mengembangkan vaksin bagi penyakit-penyakit yang lainnya,” jelasnya.
Berkaitan dengan fenomena hoax dan pseudoscience, Aliya menekankan pentingnya literasi sains bagi masyarakat. Melansir Canada’s National Observer setidaknya terdapat lima tahapan yang dapat dilakukan untuk menghadapi hoax. Pertama, Konfirmasi sumbernya. Kedua, Cek faktanya. Ketiga, cek kualitas beritanya. Keempat, baca dengan seksama sebelum membagikan. Kelima, sampaikan jika berita itu memang palsu.
“Kemampuan ini akan membantu masyarakat untuk berpikir lebih rasional tentang kaitan sains dengan berbagai masalah yang muncul di masyarakat. Sehingga masyarakat akan lebih mudah memahami fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar mereka,” tuturnya.
Hoax dan pesudoscience sendiri memiliki makna yang berbeda. Hoax adalah informasi palsu atau informasi yang dipalsukan. Tujuannya adalah untuk memutarbalikkan fakta dengan mengganti informasi asli dengan informasi lain yang terlihat meyakinkan namun tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Sedangkan pseudoscience adalah sebuah ilmu pengetahuan, metodologi, keyakinan, atau praktik yang dianggap ilmiah tetapi tidak sesuai dengan metode ilmiah yang ada.
Ketua program spesialisasi, ustadzah Ratu Fatimah, P.hD (Cand)., menjelaskan bahwa seiring dengan tingginya arus informasi di masyarakat, keberadaan berita hoax dan pseudoscience juga semakin meraja lela. Sayangnya, kemampuan sains literasi masyarakat masih kurang untuk menangani masalah ini. Olehkarena itu, melalui seminar ini, Thursina IIBS ingin membekali santri dengan kemampuan sains literasi yang baik. Agar mereka memiliki kecakapan dalam menangkal berita hoax dan pseudoscience yang beredar.
“Informasi berjalan sangat cepat, namun tingkat validasinya sangat perlu dipertanyakan. Terlebih banyak sumber yang tidak jelas. Hal itu juga yang mendasari hoax dan peseudoscience semakin meluas di masyarakat,” ujarnya.
Selanjutnya, Ustadzah Rafa mengungkapkan bahwa seminar ini sekaligus menjadi agenda pembekalan bagi santri untuk pelaksanaan project penjurusan selanjutnya. Agar santri mampu memilih dan memilah informasi atau pustaka yang lebih terpercaya untuk karya ilmiah, business plan, artikel, ataupun laporan kegiatan mereka. Sekaligus untuk melatih kemampuan berpikir kritis santri.
“Setidaknya seminarnya ini dapat menggugah keinginan santri untuk membaca dan mencari sumber referensi yang terpercaya. Disamping juga mengenalkan tentang BRIN kepada mereka,” pungkasya.