Initiating Entrepreneur Literacy, Our Teacher was Invited to UNCTAD Geneva, Switzerland
Tidak hanya santri saja yang dipacu untuk berprestasi di tataran internasional. Guru yang menjadi komponen mendasar dalam sebuah lembaga pendidikan juga dipacu untuk berprestasi hingga tahap internasional. Mohammad Suhaili salah satu guru di Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS) berhasil masuk jajaran utusan Indonesia dalam gelaran yang diselenggarakan oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), (22-26/10) lalu.
Dalam gelaran yang diadakan di Geneva, Switzerland itu membahas tentang dunia wirausaha di jaman sekarang. Wirausaha yang lebih mengutamakan dampak sosial dan dapat memberikan efek positif bagi sekitarnya. “Dalam pembahasannya wirausaha yang sudah memberikan sumbangsih besar ke masyarakat. Salah satunya reNature Foundation yang memberikan bantuan pada petani dalam perihal pertanian,” jelas Suhaili mengawali ceritanya.
Sebelum menuju ke Geneva, Suhaili membuat sebuah gagasan yang dituangkan dalam essaynya bertajuk entrepreneur literacy atau literasi wirausaha. Dalam perkembangan perekonomian yang terjadi di dunia tidak lepas dari kekuatan para wirausahawan di negaranya masing-masing. Dalam essaynya, Suhaili menyatakan, kemampuan berliterasi wirausaha merupakan salah satu metode untuk mendekatkan dan mengenalkan tentang dunia wirausaha dengan anak sedari dini.
“Kemampuan berwirausaha seharusnya sudah mulai ditanamkan oleh orang tua saat masih kecil. Kebanyakan dari orang tua mungkin menganggap berwirausaha dapat diterapkan saat nanti dewasa, namun hal itu belum tepat. Ketika sudah dewasa seharusnya sudah sampai pada tahap implementasi dari itu. Anak sudah diajarkan untuk berjualan kecil-kecilan mungkin saat masih kecil. Hal ini selaras dengan praktek yang dicontohkan Rasululllah saat kecil,” terang pemuda 25 tahun itu.
Lebih dari 168 peserta dari 80 negara seluruh dunia hadir dan berkumpul dalam forum tersebut. Dalam forum dunia itu, Suhaili juga menjelaskan tentang data bahwa jumlah wirausahawan di Indonesia masih belum seimbang. Menurut Suhaili, setidaknya 3 persen dari seluruh penduduk Indonesia harus berwirausaha.
“Terutama pemuda-pemudanya. Bahkan Indonesia mengalami bonus demografi yang mana jumlah pemuda lebih banyak daripada jumlah usia lanjut. Hal ini sebenarnya sangat menguntungkan karena masih pemuda dan masih sangat memungkinkan untuk membuat wirausaha baru,” ungkap pemuda asal Bangkalan, Madura itu.
Salah satu tekhnologi mutakhir terbaru yaitu Sophia yang merupakan robot humanoid juga dipamerkan dalam gelaran internasional tersebut.
“Indonesia saat ini membutuhkan sekolah vokasi dengan jumlah yang sangat banyak. Di Tazkia IIBS sudah menggunakan itu dengan penjurusan yang sudah dirancang dan diterapkan untuk jenjang SMA. Hal ini nantinya dapat membantu siswa dalam penentuan karir atau jenjang perguruan tinggi selanjutnya,” tutupnya. (lil)