Halal Bihalal Thursina: Habib Jamal Sampaikan 3 Kurikulum Pesantren Bagi Santri dan Asatidz Thursina

Alhamdulillahirabbil alamin, masih dalam suasana hari raya Idul Fitri, seluruh asatidz Thursina IIBS kembali berkumpul dalam Halal Bihalal, Selasa (8/4) di Masjid Thursina. Halal Bihalal kali ini diikuti oleh seluruh jajaran manajemen, asatidz serta keluarga asatidz. Turut hadir tamu spesial yaitu Habib Achmad Jamal bin Thoha Baagil.

Disampaikan pula sambutan dari Ustadz Imam Awaludin, Lc, M. Ag, PhD selaku Chief of Waqf, Endowment and Partnership. Menurut Ustadz Awal, dalam usia 10 tahun ini, Thursina keluarga nya bertambah semakin besar. Sampai 1264 santri yang menjadi keluarga Thursina. Jika digabungkan dengan asatid nya maka bisa hampir 2 ribu keluarga Thursina. “Mudah-mudahan Thursina bisa memberikan manfaat bagi umat bukan hanya di tingkat nasional bahkan di tingkat dunia,” harap Ustadz Awal.

 

 

Dengan mengangkat tema menguatkan tali persaudaraan sebagai media penyatuan umat, Habib Jamal, sapaan akrabnya, menyampaikan dalam tausiyah nya betapa pentingnya saling memaafkan, saling memberi maaf antar satu dengan yang lain. 

Sesuai firman Allah menyampaikan, barang siapa memaafkan, damai maka pahala nya tidak hanya ditulis 10 kali lipat, bahkan pahala nya yang tahu hanya Allah yang tahu. “Dengan kedermawanan Allah pasti pahala nya besar,” jelas Habib Jamal.

  

 

Mengutip salah satu perkataan Imam Syafii, lanjutnya, sesungguhnya Allah memberi pahala kepada orang yang meminta maaf atau yang memaafkan satu kesalahan orang pada dirinya, itu bisa menghapus 2000 dosa besar. “Alfaini kabiroh, dua ribu dosa besar,” tekan Habib Jamal.

Perkataan Imam Syafii ini cukup meyakinkan kita bahwa kita perlu memaafkan dan meminta maaf dengan orang lain. Hal ini yang perlu dipraktikkan oleh kita. 

Habib Jamal menambahkan, Tsalasah maqasid, penanaman 3 pondasi kepada santri.  Tiga hal tersebut harus tertanam pada diri santri. Yang pertama, pondok pesantren harus memiliki peran yang kuat dalam menciptakan ilmu berkualitas. Sanad ilmu nya harus jelas. “Sanad keilmuan itu bagian dari agama. Ini penting karena ilmu perlu dipertanggungjawabkan,” jelasnya.

 

Yang kedua, Tazkiyatun Nufs. Tazkiyatun Nufs menjadi penting karena ilmu yang tidak dilandasi kejernihan ilmu, tidak dilandasi tazkiya, maka praktik nya akan serampangan. Bahkan sampai ke fatwa bisa dirubah ketika ilmu tidak berlandaskan Tazkiya. Menurutnya, ilmu adalah takwa dan ketakwaan ini perlu dilandasi dengan kebersihan hati. 

Selanjutnya adalah menanamkan ke dalam hati santri bahwa penting menyebarkan agama Allah kemanapun. Alumni pondok pesantren, punya cita cita dan ambisi untuk menyebarkan agama Allah. “Point ke tiga ini sangat perlu ditanamkan karena lulusan pesantren sudah melanglang buana ke berbagai negeri,” ungkapnya.

 

Ketiga point ini sangat perlu ditanamkan karena inilah yang bisa menjaga kualitas santri dan alumni alumni nya. “Ketiga point ini tidak hanya untuk santri, tapi yang lebih dulu dibentuk adalah gurunya, pendidik nya, agar santri dan alumni juga berkualitas,” tutupnya. (lil)

Share this post