Exclusive Training for Teachers to Implement Al-Azhar Cairo's Curriculum
Tazkia Internasional Islamic Boarding School (IIBS) Malang resmi menggunakan kurikulum Al Azhar dalam pendidikan diniyah. Kurikulum Al Azhar merupakan salah satu kurikulum yang sangat komprehensif. Setelah resmi menggunakan kurikulum Al Azhar, Tazkia mendatangkan mentor guna melatih guru-guru diniyah sebelum menjalankan kurikulum tersebut, Kamis (3/5) di Tazkia Internasional Conference Hall (TICH) Tazkia kampus putra.
Pemateri, Dr. Mohammad Syairozi Dimyati, menyampaikan, Al Azhar merupakan institusi pendidikan islam tertua di dunia yang berdiri pada 970 Masehi. Dalam kurikulum Al Azhar, Al Quran dijadikan sumber kurikulumnya. "Kurikulum yang mengacu ke Al Quran adalah kurikulum yang logis dan terukur," jelas Dr. Syairozi pada seluruh guru diniyah.
Selain itu, dalam kurikulum Al Azhar menjadikan bahasa arab sebagai salah satu bahasa utama dalam pembelajaran. Menurut pendiri Azhari Islamic School itu, pada hakikatnya bahasa arab tidak memerlukan harakat dalam penulisannya. Hal tersebut perlu juga diajarkan pada santri guna mengembalikan pembelajaran bahasa arab pada hakikatnya. "Pembelajaran bahasa arab tanpa syakal atau harakat akan mempermudah santri dalam mengerti tentang bahasa arab," ucapnya lagi.
Dalam kurikulum Al Azhar, komponen kurikulumnya meliputi Al Quran yang mana harus dikuasai secara penuh. "Tidak bisa memahami secara parsial," tegasnya.
Selain itu, dua bahasa international juga menjadi bekal awal santri dalam mengikuti pembelajarannya. Bahasa Arab dan Inggris, lanjut bapak fulan, adalah bahasa mutlak yang harus dikuasai peserta didik. Hal ini merupakan umum bagi santri karena keseharian sudah menggunakan bahasa arab dan inggris.
Selain itu, dosen Fakultas Dirasat Islamiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu juga menjelaskan tentang model pengajaran Al Quran. Menurutnya, metode pengajaran Al Quran dimulai dengan menghafal bukan dengan membaca. "Rasulullah saat diawal tidak bisa membaca, namun sudah bisa menghafal," ungkapnya lagi.
Guru menjadi komponen yang sangat berpengaruh dalam proses peserta didik memahami pelajaran terutama dalam pelajaran Al Quran. Metode Talaqqi atau bertatap wajah dengan guru harus dilakukan oleh setiap guru pada santrinya. Kehadiran guru menjadi faktor keberhasilan santri dalam menghafal Al Quran.
Dalam mempelajari Al Quran, setiap santri juga harus mengetahui arti dari setiap kata bahasa arab yang diajarkan. Maka dari itu, tuturnya lagi, santri juga harus diajarkan tentang menguasai skill berbahasa seperti; mendengar, membaca, berbicara dan menulis.
Dosen pengajar program magister Dirasat Islamiyah UIN Jakarta itu menyatakan, guru yang mengajar jangan pernah menyuruh santri untuk membaca secara langsung. "Guru harus membaca terlebih dahulu. Hal itu mencontohkan pada santri bagaimana membaca bahasa arab yang baik sehingga yang ditiru oleh santri adalah bacaan yang baik dan benar," tegasnya.
Hal yang sangat penting dalam pembelajaran, guru harus memberikan teladan sehingga bisa mencontohkan dan ditiru oleh santrinya. (lil)