Dr. Shihabuddin, MH: Idul Adha is the Momentum for Self-Reflection
Hari Raya Idul Adha menjadi salah satu momentum untuk menghilangkan seluruh rasa angkuh dan sombong serta rasa egois yang dimiliki setiap manusia. Sifat-sifat hewaniyah yang ada di setiap diri manusia harus dikorbankan. Nafsu sendiri jika terus dimanjakan maka akan semakin besar, sedangkan jika manusia dapat mengendalikan nafsu maka akan berdampak pada kebaikan ahlaqnya. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Shihabudin, MH dalam kuhtbah hari raya Idul Adha, Jumat (01/9) di Kampus 2 Tazkia International Islamic School (IIBS).
Dr. Shihabuddin menyebutkan, perintah Allah untuk berkurban merupakan isyarat bahwa manusia harus mengorbankan nafsu hewaniyahnya. Berkurban tidak hanya sekedar menyembelih kambing atau sapi. Lebih dalam lagi, berkurban merupakan isyarat untuk memotong kebiasaan buruk seperti lebih mementingkan diri sendiri dari pada orang lain. “Nafsu hewaniyah diantaranya adalah nafsu yang lebih senang mementingkan diri sendiri tanpa peduli dengan kepentingan orang lain,” ungkap Dr. Shihabuddin diatas mimbar.
Dalam khutbahnya, Dr Shihabuddin menceritakan, dalam Perang Yarmuk dikisahkan ada tiga orang shabat yang dalam keadaan sekarat sebelum mati syahid. Ketiganya saling melempar minuman ketika ditawarkan minum oleh salah seorang sahabat. Hingga ketiganya mati syahid, ketiganya pun tidak meminum air tersebut. Bagi ketiga sahabat tersebut saudaranya lah yang lebih penting untuk menerima minum terlebih dahulu. “Inilah ahlaq yang digambarkan Islam, sesama muslim saling menyayangi dan juga saling mementingkan satu sama lainnya,” jelas Wakil Rektor II Universitas Brawijaya tersebut.
Kisah lainnya, dalam Al Quran dijelaskan bahwa Kaum Anshor dan Kaum Muhajirin merupakan contoh persaudaraan muslim. Kaum Anshor dan Kaum Muhajirin, lanjutnya, saling mendahulukan saudaranya daripada diri mereka sendiri. Nabi Muhammad SAW sendiri diutus ke dunia ini hanya untuk memperbaiki ahlaq manusia. “Mudahnya, ahlaq seorang muslim mengacu pada Al Quran. Jika bukan Al Quran yang menjadi landasannya, maka sudah dipastikan buruk ahlaqnya,” ujar Dr. Shihabuddin.
Pada moment Idul Adha tahun ini, Tazkia IIBS Malang berhasil mengumpulkan hewan kurban sebanyak 88. Hewan kurban yang terdiri dari 9 sapi dan 79 kambing tersebut juga disalurkan ke beberapa daerah terutama daerah yang rawan kristenisasi dan minoritas muslim. seperti di Kecamatan Kromengan dan Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Dusun Sempu Desa Gading Kulon Kabupaten Malang, Desa Caluk Kecamatan Slahung Ponorogo dan Kampung Islam Kusamba Klungkung Bali.
Tidak hanya itu, hewan kurban juga disalurkan ke daerah luar Malang seperti Lamongan, Bali, Madura. “Penyaluran hewan kurban ini sekaligus bentuk dakwah Tazkia pada masyarakat,” jelas Ustadz Luthfi Iqbaludin Lc, selaku Ketua Pelaksana Tazkia Qurban Nusantara.
Tak ingin ada waktu kosong, Tazkia IIBS Malang juga menyediakan berbagai kegiatan bagi santri. Pada santri putra dilibatkan dengan proses pemotongan hewan kurban, serta pembagian hewan kurban ke masyarakat sekitar. Sedangkan santri putri diadakan berbagai perlombaan. Seperti lomba kaki seribu, lomba tarik tambang dan juga lomba fairy tale. Pada perlombaan kali ini, kelas VIII keluar sebagai juara umum. (lil)