Ciptakan Teknologi Mikro, Tim Thursina IIBS Sabet Medali Perunggu pada AISEEF 2022
Prestasi dalam kancah internasional kembali ditorehkan santri. Tim SMA Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) berhasil membawa pulang medali perunggu dalam gelaran Asean Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF) 2022 (02-05/2). Ajang ini merupakan kompetisi ilmiah tingkat internasional yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) yang berkolaborasi dengan Fakultas Teknik (FT) Universitas Diponegoro (Undip).
Adalah Faiqul Faris, Dzaky Zhafran, Zaky Jauhariel, Farras Hazim, dan M. Roayna Azzam yang berlaga mewakili Thursina IIBS dan bersaing dengan 428 peserta lainnya dari 20 Negara. Mengusung judul penelitian “Micro Technology for Early Diagnosis of Viral Diseases as an Alternative Method in Rural Areas”, kelimanya menjadi salah satu peraih medali dalam kategori Innovation Science untuk jenjang SMA.
Penelitian tersebut merupakan penelitian berbasis teori terkait penggunaan mikro teknologi sebagai alat deteksi dini bagi virus SARS-CoV2, Malaria, dan Chikungunya. Inovasi ini memungkinkan deteksi yang lebih mudah, cepat, dan terjangkau utamanya bagi daerah pedesaan. Mengingat peningkatan infeksi virus tersebut cukup pesat namun tidak sebanding dengan kemudahan akses terhadap fasilitas kesehatan yang didapat. Penelitian ini menawarkan penggunaan kertas dengan pola yang dicetak dengan lilin sebagai bahan dasar untuk pengambilan sampel dan zat pengujian menggunakan prinsip capillary action.
Ustadz Muhammad Rafli selaku pembina mengungkapkan, selama proses persiapan lomba santri memberikan komitmen yang sangat besar. Proses pembinaan berlangsung selama 4 minggu. Diawali dengan brainstorming untuk saling mengemukakan ide dan pembagian tugas. Kemudian dilanjutkan dengan persiapan untuk pembuatan slide presentasi. Hampir keseluruhan proses pembinaan dijalani secara daring.
“Tentu itu menjadi kendala tersendiri. Namun, anak-anak justru yang paling bersemangat. Mereka berusaha untuk tetap menjaga komunikasi dan koordinasi. Terlihat bahwa mental peneliti mereka sudah mulai terbentuk dengan baik,” ungkapnya.
Selama proses pembinaan, evaluasi dan fokus pada target juga menjadi kunci yang utama. Ustadz Rafli menjelaskan bahwa setiap proses pembinaan selalu dilakukan evaluasi. Baik terkait alur berpikir, teknis penulisan, dan lain sebagainya. Begitupun saat proses pembuatan slide presentasi. Bagaimana santri mampu membuat menyampaikan presentasi yang padat namun tetap interaktif dan mudah dipahami.
“Semangat dan keikhlasan santri adalah salah satu faktor mengapa mereka bisa menyabet medali. Mereka sudah berusaha meluangkan waktu istirahat dan belajar mereka untuk membuat makalah. Mereka juga selalu kooperatif untuk mau di push to the limit,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ustadz Rafli mengungkapkan bahwa kedepannya akan ada pengembangan untuk penelitian santri. Sehingga santri tidak hanya membuat penelitian yang bersifat teoritis, tetapi juga bisa membuat aplikasi dari penelitian mereka. Ustadz Rafli juga mengungkapkan bahwa santri masih bersemangat untuk menargetkan medali emas pada perlombaan berikutnya.
“Harapan saya mereka bisa menjadi santri-santri yang berjiwa peneliti. Jadi, semua bidang ilmu yang sudah mereka pelajari dapat mereka kembangkan dan aplikasikan untuk memberikan manfaat bagi banyak orang,” pungkasnya. (nai/lil)