Bullying? NO WAY!! – Understanding to Prevent Bullying with Risa Nur Fitriyana, S.Psi

Tazkia IIBS – Perilaku mengintimidasi atau menindas yang belakangan kerap disebut bulliying , agaknya kini memerlukan perhatian khusus ditengah perkembangan masyarakat. Terlebih lagi, fakta membuktikan bahwa tren bulliying justru berkembang dominan di kalangan pelajar atau remaja.

Bulliying dapat dikatakan sebagai perilaku mengintimidasi dan menindas orang lain yang terjadi berulang, seringkali pelakunya justru sesama teman atau rekan kerja. Objek bulliying sendiri biasanya orang yang cenderung tidak berdaya di lingkungannya. Bulliying kemudian berkembang menjadi beberapa jenis diantaranya bulliying secara psikis, emosi, sosial bahkan dalam bentuk cyber.

Dalam peristiwa bulliying , setidaknya ada tiga pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu pelaku, korban dan saksi. Menariknya, seringkali pihak ketiga yaitu saksi tidak menyadari bahwa dirinya memiliki peran yang amat penting dalam menghentikan perbuatan bulliying tersebut. Karena pada dasarnya bulliying harus dihentikan dan semua orang dapat menjadi pemutus rantai bulliying .

Tazkia IIBS mengadakan sosialisasi permasalahan Bullying ini pada Sabtu (24/09/2016) lalu, bersama Ustadzah Risa Nur Fitriyana, S.Psi yang memaparkan kiat-kiat dalam menghentikan rantai bulliying ini. Agenda ini dilaksanakan untuk seluruh santri di setiap kelas dimulai dari kelas putra. diantaranya dengan tidak turut ‘menonton’ aksi bulliying , memperingati pelaku bulliying , melaporkan perbuatan tersebut pada orang dewasa hingga berusaha mengembalikan kepecayaan diri korban dengan menjadi temannya. Hal-hal kecil yang dapat dilakukan oleh semua orang itu justru dapat berdampak besar bagi perubahan sosial dilingkungan kita.

“Bahkan sebagai korban pun kita dapat menyelamatkan diri kita dari perilaku bulliying , contohnya dengan mengabaikan perkataan atau perbuatan si pelaku, membuat lelucon dan membahas hal lain untuk mengalihkan situasi atau bahkan kita dapat seolah-olah meng-iya-kan perkataan si pelaku karena kecenderungan pelaku akan merasa puas ketika mendapat respon negatif atau penolakan atas perbuatannya”, terangnya lebih lanjut.

Bulliying sangatlah berdampak buruk baik bagi pelaku, korban bahkan lingkungan sekitarnya. Untuk itu setiap anak haruslah menanamkan prinsip sebagai a brave bystander , yang selalu berani dan sigap dalam memutus rantai bulliying dimanapun ia berada. Rasa empati dan saling menghormati adalah kunci utama untuk hidup rukun dan damai. Inilah yang harus dipupuk sejak dini agar bulliying tidak lagi menjadi tren dikalangan generasi muda masa kini. (Aray/Wf)

Share this post