As a Response to Tackle Diphtheria, Tazkia IIBS Malang Held Diphteria Immunisation for All Students
Merebahnya kasus kesehatan yaitu penyebaran penyakit difteri di Indonesia. Bahkan pemerintah lewat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menetapkan hal ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Dilansir dari website resmi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Difteri merupakan peringatan. Guna turut menjaga kesehatan santri, Tazkia Internasional Islamic Boarding School (IIBS) Malang juga turut aktif dalam mendukung program pemerintah dengan melaksanakan ORI (Outbreak Respon Immunisation).
Kepala Bagian Tazkia Medical Center (TMC), Ustadzah Titis Widayanti, S.
Pd menyatakan, pemberian imunisasi difteri ini dilakukan dalam beberapa
tahap. Bekerjasama dengan Puskesmas Kecamatan Dau , Kabupaten Malang
imunisasi tahap pertama dilaksanakan pada 3 Februari 2018, tahap kedua
pada 9 Februari 2018 dan terakhir imunisasi untuk santri putra pada
tanggal 19 Februari 2018. “Ini merupakan ikhtiar kami dalam menjaga
kesehatan santri-santri Tazkia IIBS Malang,” ujar Ustadzah Titis.
Kepala Bagian Tazkia Medical Center (TMC), Ustadzah Titis Widayanti, S. Pd menyatakan, pemberian imunisasi difteri ini dilakukan dalam beberapa tahap. Bekerjasama dengan Puskesmas Kecamatan Dau , Kabupaten Malang imunisasi tahap pertama dilaksanakan pada 3 Februari 2018, tahap kedua pada 9 Februari 2018 dan terakhir imunisasi untuk santri putra pada tanggal 19 Februari 2018. “Ini merupakan ikhtiar kami dalam menjaga kesehatan santri-santri Tazkia IIBS Malang,” ujar Ustadzah Titis.
Difteri adalah jenis penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi di selaput lendir hidung dan tenggorokan. Bakteri yang menginfeksi bernama Corynebacterium diphtheriae. Umumnya penyakit difteri diawali dengan rasa sakit di tenggorokan, demam, lemas hingga membengkaknya kelenjar getah bening.
Sebelumnya, tim TMC telah melakukan observasi pada santri Tazkia IIBS dan meminta persetujuan terlebih dahulu pada wali santri dan orang tua. Pemeriksaan juga dilakukan sebelum santri disuntik. Jika dari hasil pemeriksaan kondisi fisik santri yang bersangkutan lemah, maka imunisasi akan dilakukan kemudian hari.
Gejala khas dari difteri, lanjut Ustadzah Titis, munculnya sebuah selaput berwarna putih keabuan di sekitar bagian belakang tenggorokan. Selaput ini bernama pseudomembran yang dapat berdarah jika dikelupas. Kondisi ini mungkin akan menyebabkan rasa sakit saat menelan. Pada beberapa kasus, gejala ini akan disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening dan pembengkakan jaringan lunak di leher yang disebut bullneck.
Difteri sangat mudah menular dari seorang yang sebelumnya telah terinfeksi. Salah satu media penularan bakteri ini adalah melalui udara, yaitu saat pengidap difteri batuk atau bersin. Selain itu, interaksi langsung dengan luka akibat difteri juga dapat menularkan virus. “Mengingat mudahnya penyebaran difteri maka kami terus menatau perkembangan kesehatan santri setelah imunisasi,” jelas Ustadzah Titis. (lil)