Angkat Isu Pelestarian Hutan, Asatidz Thursina IIBS Sabet Juara 1 di Lomba Menulis Cerpen Nasional
Prestasi dapat ditorehkan dari berbagai bidang keilmuan. Kali ini, prestasi ditorehkan oleh asatidz Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) dalam Lomba Menulis Cerpen Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Politeknik Negeri Semarang. Adalah Ustadz Wildan Pradistya Putra, M.Pd. yang berhasil menyabet Juara Pertama dalam perlombaan yang selenggarakan pada 13-28 Februari lalu itu. Melalui cerpen yang berjudul "Penilik Jenggala" dirinya seakan mengajak pembaca untuk andil secara langsung dalam menyelamatkan hutan.
Kerusakan hutan telah menjadi isu yang genting. Tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Melalui cerpennya, ustadz Wildan berusaha untuk menyadarkan pembaca akan pentingnya melestarikan hutan. Untuk itu, dirinya melakukan banyak studi literatur terkait kehutanan dan kebudayaan yang ada di pulau Kalimantan. Hal itu yang menjadikan cerpen karyanya mampu menggambarkan secara apik flora dan fauna yang terdapat di hutan Borneo, seperti pohon bangkirai, kupu-kupu raja, dan lain sebagainya.
“Melalui cerpen ini, saya ingin mengajak kembali pembaca agar lebih memerhatikan lingkungan,” ungkapnya.
Bagi ustadz Wildan, menulis sebuah karya tidak bisa dilakukan dalam semalam. Perlu persiapan dan riset yang mendalam agar tulisan yang dibuat dapat menyampaikan informasi secara tepat. Selain itu, konsistensi dan persistensi juga dibutuhkan untuk dapat menghasilkan tulisan yang berkualitas. Seluruh proses itu dijalani Ustadz Wildan dengan sabar dan bahagia. Tidak heran, hingga saat ini banyak karyanya yang sudah memenangkan perlombaan ataupun dimuat di media massa.
“Menulis adalah tentang sebuah cara untuk menuangkan ide dan kreativitas. Tanpa tulisan tidak akan ada jejak-jejak pengetahuan dan keindahan yang dirasakan oleh generasi penerus kita,” ungkapnya.
Prestasi ini tentu menjadi pencapaian yang sangat disyukuri oleh Ustadz Wildan. Dirinya mengaku bahwa setiap tahunnya dirinya selalu rutin mengikuti perlombaan menulis. Bahkan hingga tiga – empat kali. Meskipun tidak selalu memeroleh juara, namun dirinya tidak menyerah. Justru semakin menambah semangatnya untuk meningkatkan kemampuan menulis dan risetnya.
"Segala sesuatu tidak bisa dengan mudah diraih begitu saja. Butuh kesungguhan. Kegagalan dan kemenangan yang saya dapatkan secara langsung inilah yang dapat saya ceritakan ke santri-santri Thursina agar mereka tangguh dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi apa yang mereka inginkan,” pungkasnya. (hil/wil/nai/lil)