Thursina IIBS Perkuat Program 3S1C: Menanamkan Adab Santri melalui Senyum, Salam, Salaman dan Cium Tangan

Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) memperkenalkan program 3S1C, singkatan dari senyum, salam, salaman, dan cium tangan. Program tersebut dirancang untuk menanamkan adab mulia santri terhadap ustadz, ustadzah, dan guru. 3S1C berlaku di mana saja ketika santri bertemu dengan pendidik mereka, tidak terbatas pada lingkungan pesantren.

Ustadz Muhammad Rajab, Chief of Education Thursina IIBS, menjelaskan pentingnya program tersebut dengan mengutip qawl Imam Az-Zarnuji dalam kitab Ta'limul Muta'alim: “Ketahuilah, seorang murid tidak akan memperoleh ilmu dan manfaatnya kecuali dengan mengagungkan ilmu, ahli ilmu, serta menghormati guru.” Menurutnya, 3S1C menjadi kunci bagi santri untuk meraih keberkahan ilmu, yang mencakup ziyadatul khoir—bertambahnya kebermanfaatan ilmu.

 



Secara filosofis, program 3S1C telah menjadi bagian dari nilai-nilai Thursina IIBS sejak berdiri pada 2014. 3S1C merupakan turunan dari program 5S (salat, salam, sampah, seragam, sepatu & sandal), dengan fokus pada poin salam. “Setiap santri putra yang bertemu ustadz atau santri putri yang bertemu ustadzah wajib menerapkan 3S1C,” ungkap Ustadz Rajab, menegaskan komitmen lembaga dalam membentuk adab santri.

Program 3S1C bertujuan memperkuat karakter santri melalui pembiasaan intensif. Dengan senyum, salam, salaman, dan cium tangan saat bertemu guru, santri diharapkan menumbuhkan kebiasaan menghormati orang lain dan menghargai ilmu. Kebiasaan tersebut menjadi ciri kepribadian santri yang akan terbawa dalam kehidupan mereka di masa depan.

Respon santri terhadap 3S1C sangat positif, dengan banyak santri telah mempraktikkannya dalam keseharian. Ustadz dan ustadzah berperan aktif mengingatkan santri melalui pendampingan dan pengawasan. “Kami tak segan memberikan salam terlebih dahulu untuk mengingatkan mereka,” ujar Ustadz Rajab, menyoroti pendekatan tarbiyah yang diterapkan.

 



Untuk memperkuat implementasi 3S1C, Thursina IIBS rutin mengadakan orientasi berulang guna menyegarkan pemahaman program tersebut. Sosialisasi dilakukan melalui media digital dan poster di asrama, kelas, dan titik-titik strategis. Santri yang lalai menerapkan 3S1C diberikan konsekuensi berupa poin sebagai bentuk pembinaan.

 


Thursina IIBS berharap program tersebut menumbuhkan sikap ikram—memuliakan ilmu dan ahli ilmu—pada diri santri. Dampak terbesarnya adalah keberkahan dan kebermanfaatan ilmu yang membawa kesuksesan di dunia dan akhirat. Program tersebut menjadi wujud komitmen Thursina IIBS dalam membentuk generasi yang berakhlak mulia.

Dengan 3S1C, Thursina IIBS tidak hanya mencetak santri yang unggul secara akademik, tetapi juga individu yang menghormati ilmu dan guru, siap menebar kebaikan di mana pun mereka berada. (sls/lil)

Share this post