Maksimalkan Potensi Inovasi Santri Lewat Praktikum Penjurusan SMA Thursina IIBS
Inovasi dan kreativitas menjadi dua hal yang tidak bisa dilepaskan dari dunia pendidikan. Melalui program praktikum penjurusan, Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) mengajak santri untuk membuat inovasi atau karya sesuai penjurusan masing-masing. Sebanyak 53 kelompok yang merupakan santri kelas 12 SMA Thursina IIBS turut serta dalam praktikum penjurusan tahun ini. Salah satu praktikum yang berhasil menorehkan prestasi adalah praktikum Sociolet, yaitu gelang anti covid-19 yang berhasil meraih medali emas dalam gelaran World Youth Invention & Innovation Award 2021.
Ketua program penjurusan SMA Thursina IIBS, Ustadzah Ratu Fatimah menjelaskan bahwa praktikum penjurusan tahun ini memang sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Fokus utama adalah mengembangkan skill tertentu pada santri agar lebih terarah. Serta bagaimana santri dapat melaksanakan praktikum secara aman dan sesuai protokol kesehatan. Selain itu, output dari praktikum juga disesuaikan dengan masing-masing jurusan.
Moslem Scholar berupa seri dakwah dalam bentuk buku, Enterpreneur berupa business plan, CEO berupa laporan kegiatan atau magang, Professional dalam bentuk analisa mendalam terkait profesi yang dituju, dan Sciencepreneur berupa penelitian dan magang.
“Program ini merupakan penerapan dari mata pelajaran yang telah diperoleh di semester sebelumnya pada masing-masing spesialisasi. Jadi santri tidak hanya belajar teorinya saja tapi juga praktiknya, sehingga ilmu yang diperoleh lebih membekas dan meaningful,” jelasnya.
Melanjutkan, Ustadzah Rafa mengungkapkan bahwa program ini sekaligus melatih santri untuk berpikir kritis terhadap permasalahan disekitar mereka. Sehingga mereka mampu menciptakan inovasi yang menjadi solusi bagi masyarakat. Selain itu juga untuk melatih kemampuan komunikasi santri baik secara lisan maupun tulisan. Sehingga kedepannya mereka bisa saling bekerjasama dan berkolaborasi.
Ustadzah Rafa juga mengungkapkan bahwa ada banyak ide baru yang muncul di tahun ini. Mulai dari business plan Kafe yang memberdayakan penyandang disabilitas. Ide itu menunjukkan nilai empati santri dalam membuat suatu usaha bukan hanya semata-mata karena keuntungan tapi memberdayakan. Ada juga project tentang inovasi klepon yang dapat bertahan selama tiga hari. Ada juga santri yang berkesempatan untuk magang secara daring sebagai graphic designer dari UNESCO. Bahkan santri tersebut sempat ditawarin untuk magang di UNESCO selama tiga bulan.
“Progress praktikum selalu dipantau setiap minggunya secara online oleh guru pembimbing. Setiap jurusan bisa berbeda, tapi yang tekankan adalah kepekaan santri mengatasi masalah disekitarnya,” imbuhnya.
Melihat ini, Ustadzah Rafa juga mengungkapkan bahwa kedepannya lembaga berupaya agar karya santri tidak hanya dikenal di lingkup internal saja, tetapi juga oleh masyarakat luas. Salah satunya dengan mengikuti perlombaan. Selain mengenalkan karya sekalius juga melatih mental santri untuk bisa meyakinkan kalayak tentang produk mereka. Harapannya, santri juga bisa lebih bersemangat dalam mengerjakan project mereka.
“Target selanjutnya membukukan karya santri sehingga dapat dibaca dan menjangkau lebih luas. Selain itu juga untuk melatih mereka agar memiliki kemampuan menulis yang baik dan menjadi bekal untuk mereka di dunia perkuliahan,” tuturnya.(nai/lil)