Jeruji Besi dan Romansa yang Membersamai Karya Elyanoor Oktaviana, M.Pd

Aku seorang pendidik,

Pena di tangan menorehkan takdir yang pelik,

Namun hati menanti dalam harap yang acapkali membuat bergidik,

Di mana cinta dan ancaman saling memantik.


Aku dikenal sebagai lentera kehidupan,

Namun jeruji gelap tetap setia mengintai di ujung harapan.

Saat ku peluk jiwa yang hampir tenggelam,

Hukum menantang, dingin, dan kejam.


Setiap kata yang terucap lantang,

Setiap sentuhan yang memberi tenang,

Dapat berubah menjadi palu yang menyerang,

Mengganti kasih dengan fitnah yang meradang.


Ah, sungguh tak pernah terlintas di benakku,

Menjadi guru penuh hujaman sembilu.

Namun tak ku biarkan hati ini meragu,

Meski setiap langkah meninggalkan luka yang pilu.


Aku akan tetap berdiri di sini,

Mengukir ilmu di setiap labirin hatimu yang suci.

Menyulam harap diantara gempuran pergolakan asa,

Karena aku percaya bahwa kaulah harapan bangsa.


Biar tubuhku dirantai,

Asalkan mimpimu tetap terangkai.

Biar nama ini dicerca,

Asalkan kau tetap mulia.


Ingatlah, aku akan tetap di sini,

Menjadi rumah di badaimu yang sepi.

Dan jika akhirku adalah jeruji,

Maka biarlah, sebab kasihku padamu tak pernah mati.

Share this post