Berikan Ide Pengelolaan Sampah, Santri Thursina IIBS Raih Medali Emas di I2ASPO 2025
Sampah menjadi masalah penting di Indonesia. Populasi yang terus bertambah tidak didukung dengan sistem daur ulang yang baik. Pemilahan sampah juga belum maksimal, menyebabkan lingkungan sekitar semakin terancam. Kegelisahan itu dirasakan oleh santri Thursina International Islamic Boarding School (IIBS). Kayla Azzahra Raharjo, Cinta Talitha Aziz, Kayla Areta Miza, dan Mayra Rachmadiani Pramasasya menumpahkan ide dan gagasannya melalui Sakoo. Sakoo menawarkan solusi pengelolaan sampah cerdas berbasis Artificial Intelligence (AI) yang dirancang khusus untuk ruang publik. Sakoo menggabungkan komponen aplikasi seluler, mesin pemilah sampah cerdas (bank Sakoo), dan mesin penukaran poin. Ide ini berhasil meraih Medali Emas dalam Indonesia International Applied Science Project Olympiad (i2ASPO)
Kayla Azzahra Raharjo menceritakan, sistem Sakoo memberdayakan pengguna untuk menemukan mesin pemilah, membuang sampah secara higienis (tanpa kontak). Pengguna dapat melacak poin yang didapat di aplikasi dan menukarkan dengan barang. Menurutnya, Sakoo dapat menjadi solusi praktis di perkotaan modern yang ingin mengintegrasikan keberlanjutan dalam kehidupan sehari-hari. “Melalui teknologi canggih, sistem reward (poin), dan keterlibatan masyarakat, Sakoo bisa menjadi sistem pengelolaan sampah yang lebih bertanggung jawab, menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih bersih dan hijau,” tuturnya.
Para santri melakukan uji coba melalui tiga fase. Pertama, mengumpulkan data dan menganalisis. Melalui bantuan google form, santri mensurvei bagaimana praktik pengelolaan sampah di masyarakat perkotaan, pengetahuan mereka tentang sampah, dan tantangan yang dihadapi dalam memilah sampah di tempat umum. Temuan sikap dan perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah akan membantu Sakoo menyesuaikan fitur edukasi yang ada dalam aplikasi.
Fase kedua yaitu pengembangan prototipe. Pada awal prototipe, Sakoo bank menggunakan modul ESP8266 dan sensor ultrasonik untuk mendeteksi sampah. Model AI diintegrasikan ke dalam sistem untuk pemilahan sampah secara otomatis. Pengujian fokus pada akurasi, waktu respons, dan keandalan sistem. ESP8266 berperan sebagai pengendali utama yang menghubungkan mesin pemilah sampah dan sistem penjual otomatis ke jaringan. Perangkat itu memiliki kemampuan wifi, sehingga bisa mengirimkan informasi terbaru ke aplikasi Sakoo. “Sistemnya real time, jadi bisa langsung memantau sampahnya, poin yang dikumpulkan, dan laporan status dari mesin. Perangkat komunitas ini juga hemat energi, cocok di tempat umum,” sebut Kayla.
Fase ketiga adalah mendesain aplikasi Sakoo di seluler dan website. Santri menggunakan aplikasi tambahan seperti Canva, Figma, Photoshop untuk mendesain Sakoo. Desain yang bersih dan menarik menjadi kekuatan utama branding Sakoo. Sistem navigasi dibuat semudah mungkin agar pengguna bisa memilah sampah dengan benar. Situs website menggunakan framework Laravel, sedangkan aplikasi seluler menggunakan teknologi Flutter.
Thursina IIBS mendorong santrinya untuk terus berinovasi dan memberikan solusi nyata bagi permasalahan global. Keberhasilan Sakoo meraih gold medal menjadi bukti nyata bahwa pendidikan berbasis riset dan teknologi di Thursina IIBS, mampu mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berkontribusi bagi masyarakat. Dukungan penuh dari sekolah, santri dapat terus mengembangkan ide-ide kreatif yang membawa perubahan positif bagi lingkungan dan dunia. (sls/lil)