Sisihkan 280 Peserta, Santri Thursina IIBS Siap Melenggang ke KRAN 2022

Berbekal pengalaman dan semangat yang tinggi, santri Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) berhasil raih juara dalam gelaran Kontes Roket Air Taman Pintar 2022 (20/08). Adalah Raras Pavita Putri yang berhasil menyabet juara 2 dari 280 peserta se Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah. Melalui prestasi ini, Raras, sapaannya, akan berlaga kembali dalam Kompetisi Roket Air Nasional (KRAN) yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Oktober 2022 mendatang.

Pembina lomba, Ustadz Helmi Pakas Rifai, M.Pd., mengungkapkan bahwa kompetisi itu merupakan salah satu perlombaan yang cukup bergengsi. Sebab, setiap pemenang nantinya berkesempatan untuk menjadi delegasi Indonesia dalam kompetisi roket air se Asia-Pasifik. Maka dari itu, persaingan dan tekanan dalam kompetisi sangat besar. Tidak hanya secara fisik akibat durasi lomba yang lama, namun juga secara psikis. Terlebih, kompetisi itu sempat tertunda dua tahun akibat pandemi Covid-19.

“Melihat peserta lain yang jauh lebih siap, sedikit banyak mempengaruhi mental santri Thursina. Saya ingatkan anak-anak untuk fokus pada roket dan peluncuran mereka. Abaikan dahulu lawan dan hasil yang mereka dapat. Agar mental bisa tetap kuat,” ujarnya.

Selanjutnya, Ustadz Helmi menjelaskan bahwa keadaan itu juga berkaitan dengan waktu persiapan yang cukup singkat. Hanya 2 pekan. Mulai dari seleksi sekolah, pembinaan, hingga hari pelaksanaan lomba. Awalnya terdapat 45 santri yang mengikuti seleksi sekolah. Kemudian terpilihnya 10 santri yang terdiri dari tujuh santri kelas 10 dan tiga santri kelas 8 untuk menjadi delegasi Thursina IIBS. Seluruh delegasi kemudian mengikuti latihan dan pembinaan.

Selama proses pembinaan, santri diminta untuk saling mengevaluasi dan berdiskusi tentang hasil dari latihan yang dijalani. Mulai dari tekanan, jumlah air, sudut peluncuran, juga penyesuaian  arah angin. Sehingga, meskipun ini merupakan perlombaan individu, namun santri tetap saling membantu.

   


“Dua dari delegasi kita sebelumnya pernah ikut lomba roket air saat SMP, jadi itu banyak membantu teman-teman lainnya untuk menemukan formula yang pas saat peluncuran,” imbuhnya.

Kendala terbesar dalam perlombaan ini memang terbilang teknis. Sebab ada banyak faktor diluar kendali  yang bisa mempengaruhi hasil roket. Seperti kecakapan operator peluncuran, kesiapan alat, dan juga arah angin yang tidak bisa diprediksi. Sehingga solusi utamanya adalah latihan dan percobaan yang masif. Oleh karena itu, selama menunggu keberangkatan, Raras akan menjalani pembinaan dan pelatihan secara intensif  mulai September 2022 nanti.

Ustadz Helmi berharap semakin banyak kesempatan santri untuk mencoba perlombaan serupa. Yaitu berkaitan dengan pembuatan alat dan inovasi. Bahkan, tidak menutup kemungkinan bahwa roket air nantinya dapat menjadi salah satu klub di Thursina IIBS.

“Selama santri bisa mencoba untuk berkompetisi, coba aja! Jangan menutup diri pada satu jenis lomba,” pungkasnya. 

Share this post