Angkat Perjuangan Dokter saat Pandemi, Santri Thursina IIBS Raih Juara 4 dalam IFPPP 2023

Santri Thursina Internasional Islamic Boarding School (IIBS) kembali menorehkan prestasi. Kali ini giliran Rahminiyan Rengganis Putri Marzukia santri SMP Thursina berhasil membawa pulang penghargaan yaitu sebagai juara 4 dalam International Festival of Paintings for Pediatrics Patients (IFPPP) 2023 yang di gelar di Yerevan, Armenia. Rahminiyan berhasil menjadi juara 4 dari 500 lukisan yang masuk ke panitia.

Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh The Health and Art (HEART) Group. Ia berhasil menjadi juara dalam kategori 11-14 tahun.Dalam lukisannya Rahminiyan mengangkat tema tentang COVID-19 yang telah melanda dunia beberapa tahun ke belakang. Dalam tema yang diangkat tersebut Rahminiyan ingin menyampaikan bahwa banyak sekali korban yang berjatuhan, namun juga banyak sekali yang berjuang untuk kesehatan terutama dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

Lomba yang diadakan pada November 2023 ini adalah perlombaan yang rutin diadakan setiap tahunnya. Sebelumnya perlombaan ini diadakan di Muscat, Oman. Kemudian tahun sebelumnya di Istanbul, Turki. 


Dalam lukisannya Rahminiyan menyampaikan, ada kebanggan yang Ia gambarkan. “Pada saat COVID-19 melanda dunia, semua orang di dunia ini terkena imbasnya. Juga tidak sedikit yang meninggal dunia. Bahkan dokter dan tenaga kesehatan juga tidak luput dari virus mematikan tersebut. Bisa dibilang pada masa itu, Bumi kita sedang digenggam oleh virus,” jelasnya. 

Santri kelas 8 SMP tersebut juga menjelaskan, lukisan saya menggambarkan bahwa tak ada negara di dunia ini yang luput dari virus tersebut. Namun tenaga kesehatan terus bertempur melawan virus itu. Usaha yang semaksimal mungkin ini dilakukan oleh berbagai pihak. Ia menggambarnya dengan adanya rantai-rantai yang mengikat virus tersebut. Artinya semua pihak berjuang bersama. Tim dokter, tenaga kesehatan, relawan dan pihak lainnya juga sama sama berjuang melawan virus tersebut. 


Lukisannya juga berbicara bahwa perjuangan tenaga dokter tidak pernah ada habisnya bahkan terkadang tidak peduli nyawa sendiri. Setidaknya 2000 an dokter meninggal dunia saat pandemi menyerang dunia. 

“Hal ini yang saya garis bawahi, bahwa tenaga kesehatan, dokter sangat berperan besar dalam pemulihan kesehatan tidak hanya di Indonesia tapi di dunia,” jelasnya. 

Bagi Rahminiyan, melukis bukan hanya sekedar menggoreskan tinta dan kuas. Namun melukis harus masuk ke dalam lukisan yang digambarnya. Bukan hanya punya ide tapi juga harus masuk dalam ide itu sendiri. “Ketika melukis saya seperti masuk ke dalam lukisan yang saya buat. Saya turut bersedih, turut merasakan keramaian dalam rumah sakit dan itu sangat menyakitkan,” cerita Rahminiyah menutup. (lil)

Share this post