Peringati Kemerdekaan ke-78 RI, Thursina IIBS Ajak Santri Implementasikan Nilai RECODING
Menyemarakkan Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia (RI), Thursina International Islamic Boarding (IIBS) menggelar upacara kemerdekaan di kampus putra dan putri (17/08). Bertugas sebagai pembina upacara di kampus putra Ustaz Ahmad Fahdi, M.Pd.I, sementara itu di kampus putri Ustaz Sabar Arifin, S.T. Upacara bendera kali ini diikuti oleh seluruh santri, guru, murabbi/murabiyah serta seluruh pegawai. Semarak kemerdekaan juga dilanjutkan dengan berbagai perlombaan tradisional dan penampilan kesenian santri.
Membuka amanatnya Ustadz Fahdi mengajak segenap civitas akademika untuk kembali mengenang jasa para pahlawan pendahulu yang telah berjuang melawan penindasan. Berkat merekalah saat ini Indonesia terbebas dari cengkeraman penjajah sehingga ada harapan untuk hidup secara bebas, bahagia dan dapat menentukan sendiri arah kehidupannya. “Sebagai warga negara patutlah bersyukur dan berterima kasih atas perjuangan para pendiri bangsa, ingat pesan presiden pertama kita Ir. Soekarno, Jas Merah Jangan sekali-kali melupakan sejarah,” tegasnya.
Mengisi kemerdekaan adalah tanggung jawab bersama dan melibatkan usaha terus-menerus dalam menjaganya. Sudah semestinya, sebagai penerus perjuangan bangsa kemerdekaan hari ini harus mengisi dengan hal-hal positif untuk kehidupan bangsa yang lebih baik. “Tiga aspek yang dapat kita lakukan saat ini pertama adalah meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, kedua memperkuat persatuan dan saling peduli atau caring, dan yang ketiga adalah memantaskan diri kita dengan mengasah diri dengan skil dan intelektual kita,” lanjutnya.
Mengutip Al-Quran Surat Al-A’raf 96, beliau memotivasi seluruh civitas dalam meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT atau sikap religius. Sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Allah akan melimpahkan berkah dari langit dan bumi. Jelas bagi kita bangsa Indonesia dengan meningkatkan iman dan taqwa, maka rahmat Allah akan semakin dekat, kemajuan bangsa ini semakin dekat dengan kita.
Lanjutnya, dulu pejuang tidak hanya datang dari Jawa, melainkan datang dari berbagai daerah dan provinsi yang bersatu padu dalam satu tujuan. Hal ini sama halnya dengan pesantren Thursina IIBS yang menjadi miniatur dari bangsa Indonesia, yg di dalamnya bersuku-suku bersatu padu memiliki satu tujuan yang mulia. Oleh karenanya, bentuk awal perjuangan yang dapat kita mulai dari Thursina IIBS adalah memperkuat persatuan ukhuwah hingga menumbuhkan sikap caring atau saling peduli pada sesama.
“Barangsiapa yg terbiasa dan membiasakan diri dengan toleransi dan saling tolong menolong, maka kelak akan menjadi orang yang baik dan dapat diterima di masyarakat manapun. Hal ini juga berlaku sebaliknya, jika saat di Thursina menjadi seorang yang toxic dan tidak berlaku baik, kelak di masyarakat nanti juga akan diperlakukan yang sama,” tambahnya.
Jika persatuan dan sikap caring telah terbentuk, selanjutnya adalah memantaskan diri dengan mengasah skil dan kemampuan intelektual. Karena kemajuan suatu bangsa hanya didapatkan dari SDM yang baik, unggul dalam intelektual dan terbuka atau Open Minded. “Semoga anda yang berdiri disini pada saatnya nanti dapat membawa kemajuan di berbagai sektor, baik pariwisata, ekonomi, pendidikan dan konstitusi, Amiin” imbuhnya berharap.
Senada dengan itu, Ustaz Sabar Arifin, S.T juga mengajak memaknai kemerdekaan dengan meningkatkan semangat dalam belajar untuk membangun negeri. Sebagai seorang santri, tentu belajar menjadi prioritas utama. Tidak hanya perihal akademik, lebih dari itu adalah bagaimana santri bisa belajar untuk menerapkan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan dalam kehidupan sehari hari.
Memaknai kemerdekaan memiliki makna sangat luas, bahkan dapat setiap warga negara memiliki peran masing-masing di dalamnya. Sebagai guru dan santri memaknai kemerdekaan dapat dimaknai untuk terus berjuang dalam membebaskan diri dari segala belenggu diri terutama kemalasan. "Kemalasan itu yang akan membawa kita pada kehancuran dan kesengsaraan. Maka sudah sepatutnya kita selalu bersungguh-sungguh dan jangan lalai. Karena hanya penyesalan bagi orang orang yang lalai," jelasnya.
Selepas pelaksanaan upacara, diisi dengan penampilan santri mendeklamasikan puisi perjuangan kemerdekaan negara Indonesia. Selanjutnya santri mengikuti berbagai perlombaan tradisional, seperti tarik tambang, balap karung, makan kerupuk, fun-co, fun-futsal, hanger, fotografi, dan feed instagram. Perayaan kemerdekaan kali ini menjadi spesial, karena sebanyak 22 santri Thursina IIBS juga menjadi delegasi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang setelah mengikuti serangkaian seleksi dan pembinaan. (hel/lil)