Tim Riset Thursina IIBS Sulap Rintik Hujan Jadi Listrik
Curah hujan di Indonesia yang cukup tinggi ternyata bisa dimanfaatkan sebagai energi terbarukan. Itu pula yang sudah dibuktikan tim riset Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang. Mereka mampu mengubah rintik hujan menjadi energi listrik.
Hasil penelitian tim yang dipimpin Nayif Muhammad Dzaki itu sebenarnya sudah diakui dunia riset internasional. Bahkan bisa meraih medali emas ajang Global Youth Invention and Innovation Fair (GYIIF) 2023 pada 22 Januari 2023. Mengalahkan 152 tim riset yang berasal dari 17 negara.
Meski demikian, Nayif mengaku belum puas dengan hasil riset tersebut. Sebab, memenangkan lomba bukan tujuan utama mereka. Remaja 16 tahun itu menilai masih perlu banyak yang harus disempurnakan agar karyanya benar-benar bisa dimanfaatkan banyak orang. Nayif menjelaskan, ide membuat listrik dari tekanan air hujan itu berawal dari keresahan global. Yakni kekhawatiran terhadap dampak negatif penggunaan bahan bakar fosil.
Misalnya, peningkatan polusi udara, pemanasan global, pencemaran tanah, pencemaran air, hingga hujan asam. Solusinya adalah menemukan alternatif energi terbarukan. Pemilihan hujan sebagai objek penelitian bukan tanpa alasan. Nayif menilai curah hujan di Indonesia cukup tinggi. Hujan yang turun dari langit jelas mempunyai daya tekan yang dapat dimanfaatkan menjadi energi mekanik. Selanjutnya, energi mekanik itu bisa diubah menjadi energi listrik.
Alat yang tercipta dari ide dasar itu masih terbilang sederhana. Nayif cukup memanfaatkan papan tripleks berukuran 30 x 20 centimeter. Papan tersebut ditempeli alat berbentuk bulat berdiameter 35 milimeter yang bernama piezoelectric. Yakni bahan cerdas yang mampu menanggapi pengaruh dari tegangan mekanis atau tegangan listrik. Termasuk merespons tekanan yang dihasilkan oleh hujan.
Total ada sepuluh bulatan piezoelectric yang menempel di papan tripleks itu. Masing-masing diberi kabel yang terhubung dengan perangkat Printed Circuit Board (PCB) dan Arduino (pengendali mikro) yang telah diprogram. Perangkat itu berfungsi merapikan energi yang terhimpun dari piezoelectric.
”Data yang masuk melalui piezoelectric masih acak-acakan. Alat itu bertugas untuk merapikan sekaligus menyamakan aliran arus listrik yang masuk,” terang Nayif kepada Jawa Pos Radar Malang.
Energi yang dihasilkan kemudian dimonitor melalui laptop yang sudah dilengkapi aplikasi penghitung energi listrik. Satu perangkat alat bisa menghasilkan daya sebesar 18,46 volt. Daya itu bisa membuat satu lampu menyala. ”Satu alat yang kami rakit ini kira-kira membutuhkan biaya sekitar Rp 200 ribu,” terang siswa kelas XI Thursina IIBS itu. Temuan itu kemudian dituangkan dalam karya tulis ilmiah berjudul Using Raindrops Vibration as an Environmentally Feasible Energy Source.
Proses uji coba alat tersebut memakan waktu selama dua bulan sebelum memenangkan event Global Youth Invention and Innovation Fair 2023. Bagi pelajar asal Palembang itu, meraih gold medal merupakan capaian yang berkesan. Tidak hanya untuk Nayif, tetapi juga bagi empat anggota tim lainnya.
Mereka adalah Balaga Idnick, Muhammad Raafi Ananda, Muhammad Roayna Azzam Muntaqo, dan Farras Hazim Rakhmadi. Saat ini mereka sedang berusaha menyempurnakan alat tersebut. Utamanya terkait skala dan biaya produksi. Tim berharap suatu saat alat itu bisa dipasang di atas atap rumah untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga.
Sebenarnya, tim tersebut sudah sering mendapatkan gelar juara di bidang riset. Di antaranya, medali emas International Avicenna Youth Science Fair 2022 di Iran. Pada tahun yang sama mereka meraih medali perak World Invention Competition Exhibition (WICE) 2022 di Malaysia. Medali emas lain mereka raih dari ajang International Science and Invention Fair (ISIF) 2022 di Indonesia.
Selain berusaha menemukan energi alternatif dalam setiap riset, Nayif dan teman-temannya punya keinginan mengikuti Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR). Jika menang dalam ajang tersebut, mereka berkesempatan untuk terbang ke Amerika Serikat untuk diadu dengan tim riset dari berbagai belahan dunia.
”Sekarang kami sudah mulai persiapan mengikuti LKIR yang biasanya dilaksanakan Maret nanti,” tandasnya. (*/fat)
Sumber: Radar Malang